www.beningpost.com

Agoda, platform perjalanan digital global, pada ASEAN Tourism Forum (ATF) ke-27 mengumumkan pengembangan kerjasamanya dengan World Wide Fund for Nature (WWF), dengan memperluas Program Eco Deals untuk mendukung delapan proyek konservasi di Asia Tenggara.

Sebagai bagian dari agenda resmi ATF, Agoda menyelenggarakan jamuan makan siang dengan beberapa kementerian pariwisata, di mana CEO Agoda, Omri Morgenshtern, dan Elizabeth Clarke, Director of Conservation WWF-Singapura memaparkan visi dan tujuan kerja sama ini. Eco Deals Agoda menunjukkan contoh kemitraan swasta-publik yang mendukung tema ATF: “Quality and responsible tourism - Sustaining ASEAN Future”.

Agoda akan meningkatkan donasinya untuk WWF-Singapura empat kali lipat menjadi USD 1 juta sebagai bagian dari Program Eco Deals tahun ini, mendukung upaya konservasi kantor WWF lokal di delapan negara, termasuk tuan rumah ATF di Laos, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Sesuai edisi program sebelumnya, Agoda akan mendonasikan USD 1 untuk setiap pemesanan kamar yang dilakukan pada hotel-hotel yang berpartisipasi dalam inisiatif ini.

Dana ini akan mendukung berbagai proyek konservasi WWF, mulai dari pelestarian laut, hutan, dan satwa liar, termasuk perlindungan harimau di Malaysia, hiu paus di Filipina, dan gajah di Thailand. Proyek lain yang mendapatkan dukungan tahun ini fokus pada konservasi Saola di Vietnam, restorasi ekosistem di Indonesia, bantuan untuk para penjaga hutan di Kamboja, dan perbaikan lahan basah perkotaan di Laos. Program Eco Deals yang secara aktif menjaring mitra akomodasi akan tersedia bagi konsumen pada 3 Maret 2024 hingga 3 Desember 2024.

Pada acara ATF pada 26 Januari 2024, Omri Morgenshtern, Chief Executive Officer Agoda mengatakan: "Sebagai perusahaan yang berkomitmen untuk mewujudkan perjalanan bagi lebih banyak orang, kami menyadari bahwa kami memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi terhadap pelestarian destinasi. Melalui kemitraan jangka panjang dengan WWF dalam Program Eco Deals dan dukungan kolaboratif dari mitra hotel, kami berharap untuk secara proaktif memimpin inisiatif yang berkontribusi pada pelestarian dan perlindungan dunia lebih lanjut, memastikan lingkungan tetap dapat dijelajahi dan dinikmati oleh generasi mendatang."

H E Menteri Suanesavanh Vignaket dari Kementerian Informasi, Kebudayaan, Pariwisata Laos, selaku Chair of ASEAN Tourism dan tuan rumah ASEAN Tourism Forum 2024 mengatakan, "Kami mengundang sektor swasta dan publik untuk berpartisipasi aktif dalam memajukan dan membudayakan praktik berkelanjutan dalam sumber daya pariwisata ASEAN, sejalan dengan prinsip-prinsip yang tercantum dalam ASEAN Framework on Sustainable Tourism Development.Kolaborasi yang patut dicontoh seperti kemitraan antara Agoda dan WWF menjadi contoh yang sangat baik, memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kesadaran tentang perjalanan yang bertanggung jawab dan ASEAN sebagai destinasi wisata."

Vivek Kumar, Chief Executive Officer, WWF-Singapura mengatakan: "Living Planet Report terbaru dari WWF mengungkapkan penurunan mencengangkan sebesar 69% rata-rata untuk populasi satwa liar dalam waktu kurang dari satu generasi. Sebagai hub internasional, WWF-Singapura berperan penting untuk terus mendorong perubahan positif di Asia Tenggara. Dampak konservasi yang telah kami capai selama dua tahun terakhir menunjukkan efek nyata dari kolaborasi kami terhadap lingkungan. Memasuki tahun ketiga kemitraan dengan Agoda, kami berharap dapat memperluas proyek-proyek untuk konservasi laut, hutan, dan satwa liar." 

Proyek-proyek konservasi WWF yang didukung Program Eco Deals edisi kedua telah mencapai beberapa keberhasilan yang spektakuler:  

  • Di Singapura, 5 sesi pelatihan sukarelawan untuk Cyber Spotters Program telah diselenggarakan guna membekali 156 peserta dengan keterampilan mengidentifikasi lebih dari 6.000 daftar perdagangan satwa liar ilegal di platform online dan sosial.
  • Di Kamboja, sebanyak 41 penjaga hutan dari pemerintah dan 42 penjaga hutan dari masyarakat mendapatkan pelatihan, menyelesaikan 299 patroli yang mencakup lebih dari 17.000 km di kawasan lindung Srepok and Phnom Prich Wildlife Sanctuaries, dan berhasil mengungkap 13 lokasi pembalakan dan perburuan liar.
  • Di Indonesia, area seluas 142,39 hektar dipulihkan melalui kegiatan penanaman bersama masyarakat dan pemangku kepentingan. Sebanyak 28 kamera jebak dipasang di konsesi restorasi ekosistem untuk memantau aktivitas satwa liar, dan berhasil menangkap gambar Harimau Sumatera dan 2 anaknya.
  • Di Malaysia, 20 tim yang terdiri dari 116 orang berpatroli di Belum-Temengor Forest Complex selama 2.849 hari dan menandai tahun kedua berturut-turut tanpa adanya jerat aktif. Sebanyak 282 jebakan kamera juga dipasang di 141 lokasi di dalam kawasan untuk memantau aktivitas satwa liar.
  • Di Vietnam, rencana pengadaan GPS dan smartphone menggunakan SMART Connect dan SMART Mobile untuk patroli telah disiapkan. Pelatihan telah dijadwalkan untuk melatih 90 penjaga hutan dan staf teknis di Yok Don National Park dan the Dak Lak Elephant Conservation Centre tentang cara menggunakan teknologi SMART selama patroli untuk mengelola dan melindungi satwa liar dan habitatnya dengan lebih baik.

(rr/Syam)