www.beningpost.com

Workshop Konsolidasi Masyarakat Untuk Cirebon Damai yang diadakan oleh Fahmina Institute pada Selasa (2/2) kemarin, berjalan cukup lancar. Hadir sebagai narasumber, Ismail Husaini dari Setara Institute Jakarta, Kapolres Cirebon AKBP Sugeng H dan Marzuki Rais pengamat masalah kekerasan agama. Adapun moderator acara ini adalah Marzuki Wahid dari Fahmina.

Dihadiri sekitar 40 peserta dari berbagai kalangan, workshop ini merupakan bentuk keprihatinan atas munculnya kekerasan agama yang masih berlangsung (khususnya di Jawa Barat). Kapolres menyatakan hendak mengadakan acara `Ngopi Bareng Kapolres` yang menghadirkan kuwu-kuwu. Juga pihaknya tengah menyiapkan SMS (Smart Management Service) untuk memudahkan pengaduan masyarakat via email.

Kapolres berharap ke depan pelayanan masyarakat semakin baik.

Nuruzzaman seorang peserta workshop mengatakan bahwa tidak ada kaitan penjelasan Kapolres antara menjadi teroris dengan ideologi agama. Terlebih jika karena faktor ekonomi, sosial, dan politik. Padahal jelas bahwa ideologi itulah penyebab timbulnya radikalisme agama. Diharapkan kepolisian memetakan ideologi yang ada di Cirebon.

Nuruzzaman juga berharap agar Kapolres sowan kepada kiai dan ulama di pesantren-pesantren yang banyak bertebaran di wilayah kerjanya.

Workshop ini menjadi penting menurut panitia pelaksana untuk meredam atau meminimalisir terjadinya kekerasan agama.

Marzuki Rais yang cukup intens memetakan agama dalam penelitiannya menyatakan bahwa Cirebon merupakan Zona Merah yang ditandai dengan adanya 6 (enam) pelaku teroris berasal dari Cirebon, juga 34 orang Cirebon yang ditangkap Densus 88, juga ada warga Cirebon yang masuk menjadi anggota ISIS.

(rr/DK)