opensuse.or.id

“Kenapa tidak masuk kantor Hari Kamis kemarin?”

Pertanyaan tersebut diluncurkan seorang partner di kantor beberapa hari lalu. Mendengar pertanyaan tersebut, saya tersenyum dan menjawab ringan,  “Saya jenuh.”

Lumrah sekali jika dalam rutinitas harian yang “itu-itu melulu” akan membuat kita bertemu dengan penyakit bernama jenuh. Ketika tidak masuk banyak hal yang saya lakukan dalam jam-jam kerja tersebut. Bukan berdiam diri di rumah, juga bukan liburan. Melainkan melakukan aktivitas seperti mengantar saudara melakukan pendaftaran ke kampus, berjalan ke toko buku, atau sekadar berbincang dengan penjual asongan atau bapak-bapak tua yang rujak pikulan. Hal ini tak lain saya lakukan agar mendapat ilham dari “alam lain.” Mengingat saya kerja di bidang industri kreatif, ide-ide baru yang terus bermunculan sangat dinantikan, juga terkadang kangen dengan kata “Aha!” disaat memasuki ruang pikiran yang buntu.

Masih ingat tentang kisah Sakichi? Oh, bukan, bukan kisah detektif yang tubuhnya mengecil akibat cairan kimiawi, yang memiliki paman pandir yang kelihatan pintar hanya karena pencitraan. Melainkan ini kisah tentang Sakichi Toyoda.

Begini, pada awal berdirinya Toyota, sebuah tim yang beranggotakan Sakichi Toyoda, putranya yang bernama Kiichiro Toyoda dan seorang manajer bernama Taichi Ohno terbang ke Detroit, Amerika Serikat untuk mempelajari bagaimana Ford dapat membuat mobil secara cepat dalam jumlah yang maksimal.

Ketika belajar tentang produksi mobil, mereka justru mendapat inspirasi cemerlang dari tempat yang tak terduga: sebuah inspirasi dari tempat bernama Piggly Wiggly. Pasar modern pertama di Negara Abang Sam ini mengatur tokonya dengan apik dan rapi. Piggly Wiggly menerapkan standarisasi rak dan lokasi barang yang disertai dengan label harga. Sistem ini sangat memudahkan calon pembeli untuk mencari barang yang diinginkan.

Selain itu, pasar modern ini menggunakan sistem penggantian botol yang unik pada rak minuman dinginnya. Rak minuman dibuat miring sehingga tiap kali pembeli mengambil botol, maka otomatis botol berikutnya menggelinding dan siap diambil alih lagi oleh pembeli.

Piggly Wiggly, source: www.onehundreddollarsamonth.com

Lalu keluarlah kata “Aha!” Dari sinilah Toyota Production System mendapatkan ilhamnya dengan mulus jaya.

Konsep Just in Time yaitu aturan bahwa Toyota hanya membuat mobil dan komponennya jika ada “pull” dari costumer atau proses berikutnya, ternyata lahir dari kegiatan remeh temeh: belanja di pasar modern!*

Untuk mendapatkan ilham yang yahud, beberapa perusahaan menganjurkan karyawannya memilih sendiri dan menjalankan proyek di luar pekerjaan sehari-hari mereka. Kenapa? Hal ini dilakukan untuk menstimulus pola pikir yang inovatif. Google, misalnya. Perusahaan paling inovatif di dunia ini mengfardu-ainkan setiap karyawannya mengalokasikan 20% waktu mereka untuk proyek-proyek seperti itu. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk menjadi soluter yang moncer.

Jadi, ilham itu datang dari berbagai ragam. Ini anjuran agar setiap solutor a.k.a desainer solusi rajin jalan-jalan, cuci mata tanpa harus menguras sumur uang dan yang tak kalah penting adalah banyak membaca. Tak hanya membaca buku, namun juga membaca kondisi masyarakat sekitar. Seperti kata Rasulullah, berjalanlah ke muka bumi.

Nah, setelah sudah merasa mendapatkan inspirasi dan menemukan kata “Aha!”,  kembalilah ke meja kerja dan melanjutkan kembali ide yang buntu menjadi ide yang sangat membantu. Seperti lewat jalan tol, ketika lelah istirahatlah sesaat di rest area. Jika sudah kembali fit, kembalilah melanjutkan perjalanan Anda. Di rest area itu sebentar, jika terlalu lama bukanlah rest area melainkan rest in peace.

Salam.

 

 

*Cerita tentang Toyota Production System terinspirasi dari Piggly Wiggly cukup terkenal di kalangan pembelajar Lean Thinking dan TPS.

(rr)