www.beningpost.com

Cak Nur Sang Guru Bangsa. Inilah buku biografi baru yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas (PBK). Penulisnya adalah Muhamad Wahyuni Nafis. Salah seorang murid yang memiliki kedekatan dan memperoleh kepercayaan tinggi dari Sang Guru Bangsa mengemban amanat di lembaga-lembaga yang didirikan oleh almarhum. Nafis berupaya menggali dan berhasil menunjukkan siapa Cak Nur yang sesungguhnya. Meski sudah cukup banyak orang menuliskan ide dan pemikirannya, baik dalam bentuk tesis, disertasi, atau pun untuk tujuan komersial lainnya, kehadiran biografi ini menambah cukup banyak informasi tentang Cak Nur yang sebelumnya tidak tersingkap.

Dalam buku ini, Cak Nur digambarkan sebagai sosok demokratis yang konsisten, yang terlihat dari mulai keberpihakannya kepada partai politik—bukan kepada Golkar—pada Pemilu 1971, berkampanye untuk PPP pada Pemilu 1977, sampai lontaran ide pentingnya tentang partai oposisi pada 1994 dan keterlibatannya di Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) pada 1996. Dalam hal pemikiran, buku ini merumuskan empat strategi integrasi pemikiran Cak Nur, yaitu integrasi Islam dan kemanusiaan, integrasi Islam dan kemoderenan, integrasi Islam dan politik serta integrasi Islam dan keindonesiaan. Buku ini juga berhasil merumuskan adanya tiga pemikiran besar Cak Nur, yakni Tawhīd, Pluralisme dan Indonesia sebagai negara bangsa modern (modern nation state). Menurut penulis biografi ini, Indonesia sebagai negara bangsa modern itulah yang menjadi cita-cita utama Cak Nur. Karenanya sungguh layak jika Cak Nur dijuluki sebagai Sang Guru Bangsa. Buku ini berhasil melakukan konstatasi dari pemikiran Cak Nur yang sangat luas dan mendalam, sehingga ia layak diapresiasi sebagai sebuah karya yang benar-benar genuine dan original.

Kita pernah memiliki dua (2) guru bangsa. Cak Nur dan Gus Dur. Keduanya setia mengawal nilai-nilai keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan. Kita mesti insyaf diri, nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan merupakan rukun  tegaknya Negara dan keberlangsungan hidup masyarakat. Bangsa ini dalam kondisi prihatin dan berduka panjang. Kita dalam kondisi leadershipless, misorientasi bernegara, etika dan akhlak sebagai manusia sirna. Wakil rakyat dan pejabat Negara tidak lagi bekerja untuk kepentingan rakyat dan bangsa. Mereka bekerja untuk partai dan dirinya sendiri. Religiositas, rasa bertuhan yang melahirkan sikap tunduk dan patuh pada ajaran Tuhan biasa kita abaikan. Elanvital dan moral tegaknya sebuah bangsa hilang dari kesadaran kita. Untuk itu, marilah kita baca kembali 10 platform yang Cak Nur siapkan saat didorong situasi dan kebutuhan bangsa untuk maju sebagai capres pada Pemilu 2004 berlalu. Penting untuk mengawal suksesi kepemimpinan dan dinamika politik yang membara belakangan ini.

Pertama, seperti Gunnar Myrdal klasifikasikan, kita ini bangsa yang lembek (soft country). Birokrasi yang malas berkarya untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat, korupsi yang membudaya dan tiadanya wibawa hukum. Mengatasi kondisi akut ini kita butuh good governance dan ketegasan penegakan hukum. Reformasi birokrasi pasti tidak mudah. Korupsi sudah mengakar dan membudaya. Terlihat susah diberantas. Dihukum seorang tumbuh serratus koruptor. TNI enggan diawasi KPK. Lembaga ini terlihat kewalahan melakukan pengawasan dan penindakan. Tikusnya terlalu banyak dan beranak-pinak. Birokrasi kita menolak tegaknya pengelolaan Negara yang benar dan baik. Cak Nur minta kita”zamen bundeling van alle kracten van de natie”.Bahu membahu menanggung penyelesaian krisis nasional.    

Kedua, kasus-kasus ketidakadilan terus terjadi. Kita masih ingat berita heboh ketidakadilan terhadap nenek-nenek renta, janda pahlawan nasional dan seorang nenek yang terdesak mengambil buah coklat di Sulawesi. Berita itu benar-benar mengoyak rasa keadilan publik.Kita bisa bandingkan dengan Ketua MK dan para politisi senayan yang korupsi jamaah. Legislatif, ekskutif dan yudikatif sudah tidak malu saat ditangkap basah. Ada Gubernur dan Wali Kota yang tertangkap korupsi milyaran uang rakyat. Kini kita miris menyaksikan pejabat yang diduga kuat terlibat korupsi memimpin lemba-lemba tinggi Negara. DPR dan MPR. Setya Novanto dan Zulkifli Hasan pun ada jejak dan berkas terduganya di KPK. Terasa sekali bangsa ini digenggam oleh jaringan mafia korupsi. Ada organized crime bekerja dengan canggih ditingkat penegak hukum.Tim anti mafia hukum bentukan SBY pun lumpuh. Para tokoh reformasi semodel Amien Rais pun sudah tak malu-malu mencalonkan politisi yang diduga korup dan menyelewengkan jabatan. Padahal dulu pernah dibanggakan sebagai tokoh reformasi. Negara ini berbalik dari ucapakan Khalifah Abu Bakar: ”Yang kuat diantara kalian bagiku adalah lemah, sampai aku ambil dari mereka hak-hak kaum miskin: yang lemah di antara kalian bagiku adalah kuat, sampai aku berikan kepada mereka hak-haknya”. Bangsa ini menerapkan homo humoni lupus. Hukum rimba menyelinap kuat dalam watak hukum kita. Tidak mudah memang menegakkan supremasi hukum dengan konsisten dan konsekwen.

Ketiga, ada ungkapan kita ini bangsa pemaaf satu sisi dan bangsa pendendam di suasana lain. Pilpres dan Pemilu berlalu menyisakan dendam dan susahnya saling memaafkan. Megawati dan SBYsusah berdamai dan saling memaafkan. Negara dan rakyat dibelenggu oleh watak keduanya. Tokoh politisi lain ikut menari mengacak-acak bangsa ini. Politik kita benar-benar menampilkan sisi kotor dan betapa tidak bermoralnya. Bergantung siapa dan kepentingan apa. Terperangkap dalam situasi buruk di atas, kita tidak akan pernah selesai dan mampu atasi problem akut kebangsaan. Mesti ada upaya Rekonsiliasi Nasional. Inilah yang Cak Nur tawarkan. Bagaimana operasionalnya?Dalam psikologi ada istilah empati.Ariflah untuk merasakan andai kita berada dalam posisi dan derita orang lain. Jangan terjebak dalam ”tidak melupakan” memaafkan”. Energi bangsa akan terkuras. Besarkan dan lapangkan hati untuk berdamai. Tegakkan garis damarkasi dengan: ”let bygones be bygones” dengan komitemen kedepannya setiap pelanggaran mesti dan wajib ditindak tegas, tegar dan tidak kenal kompromi.

Keempat, para founding fathers bangsa telah meletakkan tujuan dan tugas utama Negara. Mewujudkan keadilan sosial merata kepada seluruh komponen bangsa. Tugas pemerintah adalah pembagi kekayaan nasional (redistribution of national wealth). Tapi bangsa ini memang aneh.Rakyat terus rugi dan buntung, sementara birokrasi, DPR dan pejabat pemerintah terus bergizi dan untung. Bagaimana kita menghentikan keboborokan bangsa ini? Pembusukan dilakukan oleh para tokoh bangsa dan para politisi.

Kelima, demokrasi sebagai pilihan sistem bernegara tidak bisa ditawar-tawar lagi. Inilah alternatif terbaik dari teokrasi, teknokrasi dan aristokrasi.Dengan demokrasi setiap komponen bangsa memiliki hak yang sama dan bebas menyampaikan kritik, ide dan gagasan perbaikan.Ada mekanisme chek dan control.Tidak boleh terjadi otoriterianisme, hegemoni dan dominasi kekuasaan.Jangan sampai terjadi absolutely power tend to corrupt. Cak Nur mengutip ”Dalam masyarakat bebas, tidak akan terjadi bahaya kelaparan”. Sebuah spirit optimism akan kebebasan yang menghasilkan pasar bebas opini dan pendapat untuk menuju kebaikan dan kemaslahatan bersama.Karena itu  mesti kebebasan sipil (civil liberties). implementasinya berupa kebebasan pers dan akademis yang bertanggung jawab. Saat ini kita menikmati “ruang suci” (sacred space) ini. Penting kita berterima kasih kontribusi mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati dan SBY. Tetapi demokrasi kini dalam ancaman. Ada pembajak demokrasi sedang gentayangan di DPR dan MPR.

Keenam, Kasus kekerasan yang dilakukan oleh anggota ormas keagamaan saat mendemo Ahok menunjukkan betapa letoy-nya penegakan hukum di Negara ini. Terbaca kuat polisi kita tidak kuat, kurang terlatih dan lembek menghadapi ancaman terhadap dirinya sendiri. Ormas-ormas kasar dan kriminal begitu berdaya dan berani menyakiti aparat. Kemana Negara ini bergerak? Hukum lumpuh dan dilumpuhkan oleh ormas-ormas keagamaan. Ini mengindikasi lemahnya Negara. Sipil bersenjata bambu dan batu beraani melecehkan Negara. Ancaman nasional dan internasional terus terjadi. Dengan berpesan dalam bingkai demokrasi untuk tidak mengulang pendekatan aksi polisional dan militeristik, Cak Nur mendorong harkat dan martabat kepolisian dan TNI. Merekalah garda depan penegak hukum dan penjaga kedaulatan dan ketahanan Negara dan bangsa.

Ketujuh, sedari awal pendiriannya, pendiri bangsa yang berlatangbelakang pluralitas suku, budaya, bahasa dan agama telah meletakkan takdir bangsa ini sebagai “Bhineka Tunggal Ika”. Dari Sabang sampai Merauke. Harta, darah,air mata dan nyawa telah mereka abdikan untuk tegaknya kesatuan dan persatuan bangsa. Tidak perlu terulang lagi lepasnya bagian bangsa seperti Timor Leste.Darah dan nyawa patriot TNI tumpah di sana.Bila kebhinekaan diotak-atik, bangsa ini bisa sirna.Suburkan wawasan beragama yang damai, toleran, lapang hati, hormati kebebasan beragama dan berkeyakinan dan hormati hak-hak dasar setiap manusia. Lindungi nyawa, harta dan kehormatan sesama manusia. Inilah wasiat pokok Khutbah al-Wada’ Rasulullah Muhammad pada abad ke7 Masehi di Padang Arafah.Deklarasi pertama HAM internasional.Abad ke-14,Giovani della Mirandola, pemikir liberal Italia melanjutkannya di Eropa.

Abad ke-20, tanggal 10 Desember 1948 PBB memaklumkannya secara internasional di New York. Inilah deklarasi kedua. Yang saya khawatirkan belakangan ini, Indonesia membuka ruang bebas bagi semaraknya geng-geng polisi sipil dan ideologi transnasional. Bila ini dibiarkan merajalela, nubuwat Gus Dur, Indonesia (Islam sebagai mayoritas) hanya membentang dari Anyer sampai Banyuangi. Karena itu marilah terima keniscayaan pluralitas dan semaikan sikap berislam yang terbuka, lapang hati dan pluralisme. 

Kedelapan, seperti halnya kebaikan merupakan investasi yang tiada akan pernah merugi, sebagai bangsa, investasi yang paling berharga terletak pada upaya meratakan dan meningkatkan mutu pendidikan nasional.Terlepas belum suksesnya distribusi kebijakan dan alokasi subsidi pendidikan sebesar 20%, beberapa daerah telah menerapkan pendidikan non-biaya alias gratis. Pendidikan menurut Cak Nur merupakan investasi paling penting untuk meratakan dan menyamakan tingkat mutu sumber daya bangsa ini. Konsern terbesar beliau bertumpu pada pendidikan beragama. Bukan pengajaran agama. Sisi akhlak hal terpenting dari produk pendidikan. “no nation can achive greatnes unless it believes in something, anda unless that something has moral dimensions to sustain a great civilization” (tidak ada bangsa yang mampu mencapai kebesaran kecuali jika bangsa itu percaya kepada sesuatu, dan kecuali jika sesuatu itu memiliki dimensi moral untuk menopang suatu peradaban yang besar).Kutipan Cak Nur dari  Jhon F.Kennedy menyiratkan pengaruh moral dan akhlak Islam secara universal. “Innama buistu liutammima makarim al-akhlaq” jelas Rasulullah Muhammad.

Kesembilan, Mengacu kepada Pembukaan Konstitusi UUD 1945 tugas utama negara adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Inilah yang selama puluhan tahun tahun ini belum optimal dilakukan oleh bangsa ini. Welfare state merupakan tujuan utama bangsa Indonesia.

Kesepuluh, amanat UUD 1945 meminta bangsa ini berperan aktif dalam upaya kedamaian dan perdamaian dunia. Tidak boleh ada konflik dan perang.Karena yang tersisa tidak lebih dari air mata dan darah. “Setiap kali mereka kobarkan api perang itu Tuhan akan memadamkannya”.Disinilah Indonesia penting untuk aktif dan progresif mengabdikan diri dalam perdamaian dan kedamaian dunia.  Gagasan ini dapat anda temukan dalam buku yang baru terbit di atas. Ayo segera ke toko buku!

 

(rr)