Muhammad Sholich Mubarok - BeningPost

Terhitung kurang lebih  2 Tahun masa jabatan SBY periode kedua, bintang dan pencitraan SBY mulai meredup. Banyak kasus-kasus hukum yang belum terselesaikan, kasus yang lama belum selesai kasus barupun susul menyusul, saling tumpang tindih. Sehingga SBY tak putus dirundung malang. Tidak berdayanya SBY dalam menuntaskan kasus Gayus dan Kasus Century, membuat pamornya semakin merosot. Komitmennya terhadap pemberantasan korupsi sudah tidak bergaung lagi.

Tercabik-cabiknya partai Demokrat oleh kader partai yang di duga terlibat  kasus suap dan kasus korupsi , membuat tidur nyenyak SBY semakin terganggu, pencitraan yang selama ini dibangun perlahan sudah mulai runtuh. Sungguh sangat disayangkan, menjelang masa-masa akhir kepemimpinannya di periode kedua SBY semakin gamang dan jauh dari sikap tegas seperti yang diperlihatkannya pada masa akhir periode pertama. “Politik Pencitraan” sebagai kemasan politik yang di usung Demokrat, sudah tidak lagi pernah digaungkan.

Pencitraan yang diusung SBY ini pada periode genap  sepertinya mulai kehilangan dan tak pandai memanfaatkan momentum, banyak yang tidak lagi pas dalam pencitraannya, sejak SBY mulai tersandung oleh Lumpur Lapindo, kekalahan Beginning SBY dengan Aburizal Bakri sehingga Tragedi Lumpur Lapindo ini menjadi beban Pemerintah, sementara Aburizal Bakri bisa lepas tangan,

Masalah yang berkesinambungan terus merongrong Pemerintahan SBY, Kasus Bank Century, Mafia Pajak di Polri, Rekening gendut di tubuh Polri yang semua ini menyangkut masalah korupsi, belum lagi masalah kriminalisasi Bibit dan Chandra juga penahan Ketua KPK Antasari Azhar yang di curigai sebagai dendam pribadi SBY terhadap Antasari yang berbuntut pada pelemahan KPK, disinilah awal mula konsistensi SBY terhadap pemberantasan korupsi mulai diragukan.Tentu saja kredibilitasnya dipertanyakan.

Klimaks dari hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap Komitmen SBY pada pemberantasan korupsi juga berujung pada pembebasan (dengan berbagai dalih dan undang-undang yang dibenar-benarkan) Aulia Pohan pada 18 Agustus 2010 dan pemberian grasi kepada Syaukani seorang terpidana kasus tindak pidana korupsi, kebijakan ini banyak menuai kecaman dari masyarakat, ditambah lagi dengan kasus-kasus hukum yang baru, yang mendera kader Partai demokrat. Dan kasus yang paling teranyar yang membuat masyarakat makin jengah dan muak tak lain tak bukan kasus korupsi yang dilakukan oleh Muhammad Nazaruddin, Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat.

Kasus Nazaruddin yang banyak melibatkan nama-nama orang dalam tubuh partai bersimbol segitiga mercy ini cukup menyulut konflik antar kader hingga kabar akan diadakannya Kongres Luar Biasa pada tanggal 23 Juli mendatang untuk mencari pengganti Anas Urbaningrum yang masuk ‘daftar hitam’ Nazaruddin.

‘Renovasi’ pencitraan sesegera mungkin ditindaklanjuti oleh pemimpin yang pandai menciptakan dan menyanyikan lagu ini, ancang-ancang untuk persiapan pemilu 2014, sebelum makin runtuh istana pasir yang dibangunnya.

"Kalau kita jujur, perilaku kader yang menyimpang tidak hanya terjadi di tubuh Partai Demokrat," ujar SBY, melakukan pembelaan seolah bukan partainya saja yang diambang keterpurukan, dalam jumpa pers di kediamannya, Cikeas, Bogor, Senin (11/7/2011).

Apakah SBY sudah benar-benar kehilangan Momentum untuk memperbaiki citra kepemerintahannya ? sepertinya akan begitu, karena sudah tidak ada lagi yang diharapkan SBY,dia hanya akan menjadi bahan tertawaan masyarakat. Harapannya untuk dicalonkan lagi pada periode ketiga secara konsitusional tidak memungkinkan.Bisa dilihat dalam pidatonya yang cenderung normatif dan penuh dengan keluhan seperti orang pesakitan. Padahal yang ditunggu rakyat adalah tindakan kongkrit..

Yang menjadi pertanyaan masyarakat kini; kapan kasus Nazaruddin kelar? dan apa kabarnya kasus lampau yang menggantung?!