www.beningpost.com

Menjelang tutup tahun 2024, Vony Tjiu, Country Manager Indonesia, Red Hat mengungkapkan bahwa kini setelah sebagian besar dari kita sudah melewati fase eksperimental AI, kita melihat semakin banyak perusahaan yang mendapatkan valuenya dengan teknologi transformasional ini.

Seperti yang dilaporkan dalam McKinsey Global Survey, sebanyak 65% responden menyebutkan bahwa perusahaan mereka kini menggunakan AI secara reguler – dengan laju pengadopsian naik dua kali lipat dibandingkan tahun 2023.  Organisasi di Indonesia memang masih tertinggal dalam pemanfaatan AI.

Menurut 27th Annual Global CEO Survey yang dilakukan oleh PwC, sekitar 53% CEO di Indonesia melaporkan bahwa AI generatif belum diterapkan di perusahaan mereka, dibandingkan dengan 41% di wilayah Asia Pasifik.

Namun, dengan makin banyaknya pendatang baru di lanskap enterprise AI, tantangannya adalah bagaimana menciptakan diferensiasi yang benar-benar kompetitif, bukan hanya mengimbangi status quo tersebut.

Lalu bagaimana enterprise bersiap menghadapi masa yang akan datang?

Masa depan AI terletak pada open source. Ketika AI berkembang melebihi sekadar otomatisasi sederhana menjadi aplikasi yang lebih canggih seperti analitik prediktif, pembuatan konten, dan bahkan pengambilan keputusan, sangat penting bagi enterprise di semua industri untuk mengimbanginya.

Meskipun berada pada tahap yang berbeda-beda dalam perjalanan pengadopsian AI, open source memungkinkan perusahaan untuk merintis era inovasi baru. Ke depannya, berikut ini adalah tiga tren utama yang siap mendorong perubahan signifikan bagi perusahaan di kawasan Asia Pasifik pada tahun depan.

#1 Menemukan manfaat open source dalam AI

Sejak tahun lalu, jumlah proyek gen AI berbasis open source melonjak 98%, dengan kontribusi terbanyak datang dari India, Jepang, dan Singapura. Ini menunjukkan pentingnya kolaborasi dan aksesibilitas kalau bicara tentang teknologi-teknologi baru seperti AI, dan kemungkinan besar kita akan melihat aktivitas gen AI meningkat secara global. Platform AI dan tool open source, serta model berlisensi open source, siap mendemokratisasi inovasi dengan memastikan bahwa berbagai manfaatnya – seperti framework dan tools yang serba guna – tidak lagi terbatas hanya untuk beberapa pihak. 

Dengan memberikan manfaat-manfaat tersebut kepada organisasi dari semua skala, arena kompetisi pun meningkat, di mana enterprise yang lebih kecil pun dapat menemukan open source dan berinovasi dalam skala global.

Solusi open source juga menawarkan fleksibilitas kepada perusahaan dalam menghadapi kendala-kendala seperti biaya, kedaulatan data, dan kesenjangan skill. Dengan komunitas open source yang kolaboratif, enterprise bisa menyesuaikan solusi ini dengan kebutuhan spesifik mereka, sekaligus tetap memegang kendali terhadap data yang sensitif. Terlebih lagi, dengan lebih banyak pihak yang memperhatikan, memungkinkan bug ditemukan dan diatasi dengan cepat. Dengan teridentifikasinya berbagai kerentanan dan kemudian diatasi dengan cepat, perusahaan akan mampu menumbuhkan kepercayaan yang lebih besar terhadap outcome yang digerakkan oleh AI.

 

#2 Jadikan hybrid cloud sebagai default

Open hybrid cloud tidak lagi menjadi sekedar pertimbangan, namun sudah menjadi default. Untuk berkembang di era pelanggan ini, bisnis di Asia Pasifik memiliki tiga prioritas utama: kecepatan, fleksibilitas dan inovasi. Menyederhanakan integrasi AI ke dalam operasional bisnis sehari-hari sangat penting untuk mencapai target tersebut. Hal ini juga memungkinkan operasional yang konsisten di seluruh tim dan fleksibilitas dalam menjalankan workload AI di mana saja, memastikan bisnis tetap lincah dan mampu beradaptasi.

Di Indonesia, kami melihat industri layanan keuangan memimpin perubahan ini, dengan bank lokal dan regional memanfaatkan hybrid cloud untuk menjalankan workload AI. Ini memberikan harapan bagi Indonesia karena negara ini ingin menjadikan AI sebagai kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi digital. Kontribusi AI untuk ekonomi Indonesia diperkirakan akan mencapai US$366 miliar pada 2030.

 

Untuk sepenuhnya memanfaatkan kemajuan ini, perusahaan di Asia Pasifik harus berkolaborasi dengan provider yang andal, yang menawarkan keahlian dan infrastruktur untuk melakukan lompatan ke depan tanpa membutuhkan pengembangan yang ekstensif.

#3 Rencanakan strategi AI Anda untuk pertumbuhan yang berkelanjutan

ChatGPT telah membawa gen AI ke garis depan kesadaran bersama, membentuk kembali cara bisnis melakukan pendekatan terhadap alur kerja dan mendorong efisiensi pada situasi penuh ketidakpastian. Kita mungkin mulai melihat beberapa enterprise yang terlalu terpaku untuk mendapatkan keuntungan langsung, menghentikan upaya transformasi yang digerakkan AI terlalu awal. Namun, untuk benar-benar membuka potensi AI sepenuhnya, enterprise harus melihatnya dalam jangka panjang.

Dalam studi AI Readiness Barometer: AI landscape, yang dilakukan oleh Ecosystm untuk IBM, kematangan AI (AI maturity) dinilai berdasarkan empat kriteria utama yang sangat penting: budaya dan kepemimpinan, keahlian dan manusia, landasan data, dan framework tata kelola. Walaupun AI merupakan prioritas bisnis bagi enterprise di ASEAN yang menjalani survei ini, sebagian besar masih kurang siap, termasuk tersedianya AI mutakhir dan keahlian dalam machine learning yang dibutuhkan untuk memanfaatkan potensi penuhnya. Bahkan, hanya 17% yang mengatakan bahwa perusahaan mereka sudah memiliki keahlian yang ekstensif dan punya tim data science tersendiri. Kebanyakan perusahaan masih ketinggalan dalam keahlian AI yang relevan dan juga tidak cukup memprioritaskan tata kelola data dan kepatuhan, yang berpotensi membuat mereka terpapar risiko terkait regulasi.

Untuk mencapai kematangan AI, enterprise harus mengadopsi pendekatan yang lebih strategis dan sabar, terutama dalam area yang lebih kompleks di mana AI bisa memberikan value yang signifikan. Selain berinvestasi di data enterprise dan teknologi untuk meningkatkan kesiapan data, perusahaan harus siap di setiap level. Termasuk menumbuhkan budaya inovasi, meningkatkan keahlian karyawan dalam menggunakan teknologi baru dan menyelaraskan proses jangka panjang dengan tujuan bisnis yang strategis.

Apa yang akan terjadi di tahun 2025?

Pada tahun yang baru, kita akan terus melihat AI berkembang sebagai landasan dari inovasi, dengan integrasi AI yang lebih dalam dan open source yang membentuk masa depan teknologi. Hal ini tidak hanya memperluas akses ke teknologi baru, namun juga meningkatkan kemampuan beradaptasi dan efisiensi solusi enterprise di berbagai industri.

Di dalam inti kemajuan ini, data adalah tulang punggung dari insight-insight yang bermakna dan bisa diandalkan. Kita akan melihat lebih banyak perusahaan yang memberikan perhatian lebih besar terhadap asal-usul data, di mana mereka telah memiliki gambaran mengenai asal, integritas, dan keaslian data mereka, sehingga menumbuhkan kepercayaan yang lebih besar terhadap dunia yang semakin digerakkan oleh AI.

Saat kita melangkah menuju tahun 2025, tren-tren yang saling berhubungan ini akan membentuk lanskap AI yang lebih inklusif, membuka jalan untuk masa depan di mana bisnis dalam semua skala bisa membuka potensi penuh data dan teknologi dengan open source.

(rr/Syam)