Sherlie Karnidta, Country Manager Indonesia, Cloudera mengungkapkan bahwa potensi AI dan GenAI di tahun depan masih akan membawa optimisme besar.
Iterasi GenAI tidak diragukan telah mengubah cara perusahaan meningkatkan efisiensi di internal dan mendapatkan insight bermanfaat dan bisa ditindak lanjuti dari data mereka.
Namun, antusiasme pada awal-awal teknologi ini mulai bergeser ke arah pendekatan yang lebih praktis. Pemimpin dan eksekutif di perusahaan akan memberikan tekanan lebih besar kepada IT untuk membuktikan bahwa investasi mereka berhasil memberikan dampak yang jelas.
Di sisi lain, harus disadari bahwa GenAI bukan segalanya dan akhir segalanya bagi tiap bisnis. Kemampuan untuk memanfaatkan teknologi baru akan membantu perusahaan meraih keunggulan kompetitif yang sangat penting.
Cloudera memiliki sejumlah prediksi mengenai perubahan yang akan muncul pada tahun depan dan teknologi baru yang harus diantisipasi perusahaan saat kita memasuki tahun 2025:
Menjembatani kesenjangan antara bisnis dan tim IT
Menjembatani kesenjangan antara bisnis dan tim IT bukanlah misi yang baru bagi perusahaan. Para pemimpin bisnis kini sudah lebih “fasih” menggunakan tool AI yang ramah pengguna seperti asisten dan copilot, yang membuat para profesional bisnis dapat memanfaatkan analitik untuk mengambil keputusan yang lebih baik.
Tren ini akan terus berlanjut pada tahun 2025 saat industri membuka akses yang lebih besar kepada AI dan analitik. Namun, tren baru yang berbanding terbalik juga dapat terjadi: Tim IT dan data scientist akan mulai merasakan tujuan bisnis yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang lebih luas.
Tim IT dan bisnis sudah terlalu lama berada dalam kondisi siloed atau terpisah-pisah tanpa memahami satu sama lain, di mana pengguna bisnis biasanya membuat permintaan kepada tim IT tanpa memahami cakupan teknologi yang dibutuhkan, dan tim IT meminta insight tanpa tahu masalah bisnis apa yang sedang mereka pecahkan.
Di tahun 2025 kesenjangan mulai berkurang di mana sebagian besar enterprise terdepan akan saling memperlengkapi seluruh staf – mulai dari departemen pemasaran dan keuangan, hingga ke tim IT dan data scientist, hingga ke jajaran C-suite – untuk memanfaatkan data, analitik dan AI untuk mempercepat pertumbuhan.
Hype seputar Gen AI akan meredup, dan perusahaan akan mengambil pendekatan AI yang pragmatis
Pada 2025 akan ada dua kubu – yang pertama adalah bisnis yang telah sukses dalam penggunaan GenAI dan sedang memanen hasilnya. Menurut McKinsey, 65% dari perusahaan melaporkan penggunaan GenAI secara berkala dan mengalami pengurangan biaya yang besar untuk SDM dan peningkatan pendapatan dalam manajemen rantai pasok.
Di Indonesia, menurut PwC, meskipun perusahaan Indonesia masih tertinggal dibandingkan perusahaan Asia Pasifik dalam pengadopsian GenAI, diyakini bahwa pada tahun depan, GenAI akan meningkatkan kemampuan CEO dalam membangun kepercayaan pemangku kepentingan (57%) dan meningkatkan kualitas produk dan layanan (56%).
Lembaga layanan keuangan, contohnya, adalah pengadopsi awal GenAI, dan di Cloudera kami melihat perubahan penting sedang terjadi di industri ini ketika semakin banyak bank beralih dari sistem yang rule-based ke yang model-based untuk pendeteksian penipuan. Value sesungguhnya dari GenAI adalah mendapatkan pengetahuan dan insight dalam skala besar – tanpa data yang bagus, model AI tidak bisa berjalan dengan baik. Dengan demikian, perusahaan yang bakal mendapatkan manfaat adalah dari sektor-sektor yang memiliki kumpulan besar data tepercaya yang bisa mereka akses untuk mendapatkan insight yang bisa ditindaklanjuti.
Kelompok kedua adalah perusahaan yang secara tradisional tidak memiliki database dalam skala besar untuk memanfaatkan GenAI, dan mereka akan beralih ke AI tradisional atau model machine learning yang deterministik, untuk mendorong efisiensi dan produktivitas. Pada akhirnya, kami memperkirakan bahwa bisnis akan berhenti memberikan perhatian besar kepada sensasi dan kejayaan GenAI, sebaliknya mereka akan berfokus untuk memetakan roadmap investasi teknologi mereka untuk meraih target perusahaan yang lebih besar.
Bisnis akan lebih menyukai fleksibilitas dalam memilih antara private LLM dan public LLM
Dengan inovasi enterprise AI yang menjadi pusat perhatian di tahun depan, bisnis harus dapat memilih kapan harus menggunakan public large language models (LLM) atau privat yang bisa memberikan insight akurat berdasarkan konteks organisasi.
Menurut riset McKinsey , kurang dari setengah (47%) perusahaan secara signifikan melakukan kustomisasi dan mengembangkan model mereka sendiri saat ini dan kami yakin ini akan berubah di tahun 2025 saat perusahaan mengembangkan chatbot yang digerakkan AI, asisten virtual, dan aplikasi berbasis agen yang disesuaikan dengan bisnis perorangan dan industri.
Saat semakin banyak perusahaan menjalankan LLM kelas enterprise, mereka akan membutuhkan dukungan GPU untuk performa yang lebih cepat dibandingkan CPU tradisional, dan sistem tata kelola data yang kuat dengan keamanan dan privasi yang ditingkatkan. Dalam semangat yang sama, perusahaan juga akan meningkatkan penggunaan metode retrieval-augmented generation untuk mengubah LLM generik menjadi data repository yang khusus untuk industri atau perusahaan tertentu, yang lebih akurat dan andal bagi pengguna akhir yang bekerja di field support, SDM, atau rantai pasokan.
Infrastruktur hybrid cloud saja tidak lagi cukup
Jika 2024 adalah tahun percontohan untuk Gen AI, pada tahun 2025 kita akan melihat perusahaan akan melangkah maju menuju ke produksi penuh dan melakukan pengembangan dengan penerapan GenAI. Ini artinya menjalankan infrastruktur hybrid cloud saja tidak akan cukup, dan perusahaan akan menghadapi kebutuhan mendesak untuk memiliki kemampuan multi-cloud atau hybrid cloud untuk data dan analitik. Dengan pertumbuhan di lingkungan hybrid, jejak data perusahaan akan meluas di on-premise, mainframe, di public cloud, dan di edge.
Bisnis membutuhkan kemampuan untuk membawa model Gen AI ke mana pun data berada, dan dengan lancar memindahkan data dan beban kerja ke seluruh bisnis, untuk mendapatkan insight berharga dan menjawab kebutuhan perusahaan. Dengan begitu banyak data yang diberikan kepada layanan model AI, keamanan dan tata kelola akan muncul ke permukaan. Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (PDP) yang mulai berlaku tahun ini mengharuskan perusahaan untuk memastikan keamanan dan kerahasiaan data pribadi. Pelanggaran terhadap peraturan ini akan membuat perusahaan berhadapan dengan sanksi administratif, hukuman pidana, dan denda yang besar.
Riset Deloitte mendapati bahwa hambatan terbesar dalam pengadopsian GenAI bagi perusahaan adalah risiko kepatuhan dan kekhawatiran terkait tata kelola. Regulasi juga menjadi salah satu penghalang di Indonesia menurut 75% CEO yang mengikuti survei yang dilakukan oleh PwC, selain masalah kemampuan teknis (63%) dan kurangnya tenaga kerja ahli (61%).
Ketika perusahaan menjalankan model AI dan aplikasi secara privat, baik di on-premise maupun di public cloud, akan ada penekanan yang lebih besar pada platform manajemen hybrid data yang mengintegrasikan sumber data on premise dan cloud untuk fleksibilitas yang lebih besar dan akses yang lebih luas ke dataset yang berbeda sekaligus menjaga kendali, keamanan dan tata kelola pada endpoint model dan operasional.
Agen AI akan memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan
Evolusi agen AI yang cepat akan membentuk cara perusahaan memanfaatkan data untuk mendapatkan insight yang bisa ditindaklanjuti dan mendorong ROI. Pemimpin harus bergerak melampaui metodologi agile tradisional dan mengintegrasikan kemampuan AI ke dalam proses pengembangan core mereka agar bisa berkembang dalam lingkungan yang bergerak cepat ini.
Perusahaan yang berinvestasi pada alur kerja agen dan model yang foundational, akan mendapatkan keunggulan kompetitif, mengubah tugas-tugas yang kompleks menjadi tindakan yang efisien dan memberikan hasil dengan cepat. Untuk memaksimalkan potensi ini, perusahaan harus memprioritaskan pengembangan tim dengan keahlian yang difokuskan pada pembelajaran berkelanjutan dan mahir dalam pemanfaatan AI.
Saat agen AI berkembang, tata kelola data yang kuat akan jadi penting untuk mendapatkan insight yang bisa diandalkan. Perusahaan yang memanfaatkan AI untuk inovasi dan efisiensi akan menjadi pemimpin pasar.
Dengan mengadopsi alur kerja agen, mereka bisa mengotomatisasi proses yang kompleks, memungkinkan pengambilan keputusan dengan lebih cepat dan respons yang agile terhadap perubahan pasar. Integrasi ini akan mendorong adaptabilitas, memungkinkan tim tetap berada di depan tren. Mereka yang menangkap peluang yang diberikan agen AI akan menentukan masa depan industri mereka.
(rr/Syam)
Beningpost | Oleh Mashudi Posted: 11/12/2024 08:04:00 WIB