www.beningpost.com

Kabar gembira bagi kita semua. Ketidakjelasan data mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR akan menemukan solusinya. La Tofi School of Social Responsibility menciptakan sebuah sistem agar semua perusahaan berlomba melaporkan kinerja bisnis dan tanggung  jawab sosialnya melalui sustainability hub Indonesia BESAR (Best Social Responsibility Awards).

Dalam rumah besar ini, kita bisa memastikan siapa saja yang melakukan tanggung jawab sosial yang sesungguhnya, sekaligus melakukan kolaborasi tanggung jawab sosial dengan perusahaan mitra dalam rantai pasok.

“Perusahaan bisa mendaftarkan dirinya menjadi anggota Indonesia BESAR dan melaporkan perkembangan operasi bisnis dan program tanggung jawab sosial yang dilakukan dalam kerangka cerita perubahan pada lingkungan hidup dan masyarakat,” jelas La Tofi, pemimpin sekolah tanggung jawab sosial yang menggunakan nama dirinya ini pada acara Bincang Petang ESG & PROPER untuk Indonesia BESAR, di kantornya, di lingkungan Tebet Eco Park Jakarta hari Jumat (8/9) di Jakarta.

“Penghargaan yang diberikan melalui sertifikat komprehensif yang memuat data perkembangan bisnis, peringkat PROPER maupun ESG – kalau ada – dan berbagai program tanggung jawab sosial unggulan yang telah mendapatkan pengakuan akan manfaatnya,  dengan penilaian oleh Panel Ahli Indonesia BESAR sebagai perusahaan berkontribusi: BESAR, SANGAT BESAR dan SUPER BESAR bagi Indonesia dalam hal pemberdayaan masyarakat dan konservasi lingkungan hidup. Penghargaan atas program yang diberikan oleh La Tofi School of Social Responsibility melalui ajang Indonesia Green Awards dan Nusantara CSR Awards bisa dilaporkan kembali untuk mendapatkan penghargaan dan sertifikat Indonesia BESAR untuk dipampang sebagai pertanggungjawaban kepada publik ataupun pemangku kepentingan,” tambah La Tofi.

Menurut La Tofi, Indonesia BESAR memberikan perhatian khusus pada isu ketenagakerjaan, yang mencakup perlakuan pada pekerja dan penghormatan pada hak asasi manusia serta penambahan lapangan kerja baru secara langsung maupun tak langsung. 

Membahas PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup), Sigit Reliantoro, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengatakan bahwa perusahaan perlu memperhatikan product life cycle assessment untuk menemukan hot spots, titik-titik dimana CO2 paling banyak dihasilkan dalam perjalanan sebuah produk. Untuk selanjutnya dilakukan pendekatan regenerative life, semua orang atau pihak diharapkan untuk mengerjakan pekerjaan sehari-harinya secara luar biasa sebagai sumbangannya pada lingkungan dan kehidupan sosial.

Dalam PROPER tidak ada tempat bagi kegiatan green washing atau seakan-akan berbuat terhadap lingkungan untuk tujuan pencitraan. Kami memiliki aplikasi untuk menangkal pelaporan yang berbau green washing.

Turut hadir sebagai pembicara, Arya Dwi Paramita, Corporate Secretary PT Pertamina Hulu Energi yang sebelumnya sebagai VP CSR & SMEPP PT Pertamina (Persero), memberikan apresiasi yang sangat tinggi pada PROPER, karena sumbangannya yang luar biasa bagi transformasi Pertamina sebagai perusahaan energi dan migas yang mengusung konsep keberlanjutan.

“Bila saat ini kami mengadopsi ESG (Enviromental, Social, Governance) secara baik, itu semua karena kami mengikuti PROPER lebih dahulu dengan sangat serius dan banyak  mendapatkan peringkat Hijau dan Emas pada unit operasi. Kami juga membangun divisi sustainability pada setiap unit operasi untuk menopang tanggung jawab sosial perusahaan. Dari divisi inilah PROPER, ESG dan framework lainnya – dikembangkan –  tanpa mencantel kepada divisi lain,” ungkap Arya Dwi Paramita.

Wahyu Aris Darmono sebagai pakar keberlanjutan La Tofi School of Social Responsibility, mendorong semua perusahaan menerapkan konsep ESG karena membawa manfaat besar bagi kinerja keberlanjutan. Ia mencontohkan, pada perusahaan yang melakukan ESG secara kuat maka akan berbuah: pertumbuhan yang mencapai puncak, terjadi penurunan biaya pada konsumsi energi dan penggunaan air, tercipta solusi untuk mengatasi kendala dan terobosan baru untuk mencapai puncak, produktifitas yang meningkat akibat motivasi tinggi dari karyawan, serta meningkatnya investasi karena perusahaan mengalokasikan dana untuk operasi keberlanjutan.   

Sebagai pakar keberlanjutan dari La Tofi School of Social Responsibility, Sonny Sukada bicara CSR, CSV, ESG dan SDGs dalam rangkaian kerangka kerja yang memberi petunjuk yang mudah bagi perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya dengan baik. “Perusahaan tidak boleh tersesat pada satu kerangka kerja. Misalnya menganggap CSV sebagai kelanjutan dari CSR. Padahal bukan. CSV hanyalah pendekatan dari CSR. 

Demikian pula melaksanakan ESG dan SDGs, harus dipandang sebagai bagian dari melaksanakan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan,” terang Sonny Sukada.   

Sementara itu, Rully Yusuf, Senior VP Divisi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan PT Pegadaian memaparkan CSR best practice yang mengimplentasikan berbagai pendekatan dalam praktek tanggung jawab sosial perusahaan. Pada pemberdayaan masyarakat desa menjadi Desa Kreatif di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor, PT Pegadaian memulai proyek yang bekerjasama dengan Yayasan Rumah Anak Bumi dan Fakultas Seni Rupa & Desain Universitas Trisakti ini dengan mempertimbangkan: perspektif sosiologis, perspektif antropologis, perspektif ekonomi, dan perspektif estetika. Sebelum sampai eksekusi program, Tim mencermati adanya hambatan kultural sekaligus menemukan optimisme di baliknya. Ada harapan dan potensi untuk pengembangan Desa Kreatif. Lalu pendampingan yang menghasilkan kemampuan serta produk dijalankan secara kolaboratif. Sehingga pada akhirnya Desa Kreatif berhasil dirayakan kehadirannya, untuk kemudian berkembang lebih lanjut secara mandiri.  

Ketua Yayasan Tanggungjawab Sosial Indonesia, Prof. Ibnu Hamad, yang memandu Bincang Petang ESG & PROPER untuk Indonesia BESAR memberikan rambu-rambu kepada perusahaan yang mengikuti framework ESG maupun PROPER agar selalu memikirkan dampak positif kepada lingkungan hidup dan masyarakat dari setiap inisiatif. Semua harus berakhir pada cerita perubahan yang melestarikan maupun membahagiakan.

(rr/Syam)