BBC

PBB mengawatirkan skenario terburuk menyusul membludaknya pengungsi Rohingya, Myanmar ke Bangladesh. Hingga Kamis (14/9), sebanyak 389.000 pengungsi lari meninggalkan tanah kelahiran guna mencari keselamatan.

Jumlah tersebut naik 10.000 dalam 24 jam, dan mengindikasikan bahwa krisis Rohingya masih akut.

Badan-badan bantuan berjuang mengatasi krisis kemanusiaan yang terjadi di sekitar kota perbatasan Bangladesh, Cox’s Bazar, dengan 10.000 sampai 20.000 orang yang menyeberang setiap harinya.

"Ketika kami memberikan jumlah pertama orang-orang yang datang, kami berbicara tentang 79.000 atau 80.000 orang dan dalam 2,5 pekan kami mencatat ada 400.000 orang," kata Mohammed Abdiker Mohamud, direktur Organisasi Keimigrasian Internasional (International Organization for Migration/IOM).

"Kau harus punya perkiraan terbaik, skenario kasus terbaik. Kami harus memperkirakan skenario kasus terburuk ketika semua orang berpindah," tambah dia.

"Kami tidak bisa mengabaikan situasi ini dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja," katanya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

"Kecuali solusi politik ditemukan, ada kemungkinan bahwa semua masyarakat Rohingya bisa datang ke Bangladesh," katanya.

Badan anak PBB, UNICEF, menyatakan 60 persen dari pengungsi baru yang datang adalah anak-anak.

"Ada kekurangan akut untuk segala hal, yang paling kritis tempat penampungan, makanan dan air bersih," kata Edouard Beigbeder, perwakilan UNICEF di Bangladesh, dalam satu pernyataan.

"Kondisi di lapangan menempatkan anak-anak pada risiko tinggi penyakit yang menular melalui air. Kami punya tugas monumental di hadapan mata untuk melindungi anak-anak yang rentan ekstrem ini." 

(rr/Ant)