The Guardian

Pembantaian atas umat Muslim Rohingya yang dilakukan militer Myanmar dan didukung umat Buddha dinilai mirip dengan kerusuhan antar umat beragama di Poso, Sulawesi Tengah, beberapa tahun lalu.
 
Anggota Komisi I DPR RI, Andreas Hugo Pareira, mengatakan bahwa kesamaan itu terletak pada konflik yang pecah bukan hanya karena persoalan agama, tapi juga sejarah, kemanusiaan dan etnis.

"Sama seperti kasus di Indonesia, misalnya kasus Poso. Masalah ini bertumpuk menjadi bertumpuk menjadi satu," katanya kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (7/9).

Andreas menambahkan Komisi I akan memanggil Menlu Retno P. Marsudi untuk menggali informasi lengkap terkait Rohingya.

Karena Menlu Retno sudah melakukan langkah-langkah diplomasi dengan berbicara langsung dengan para pemimpin Myanmar. Menlu juga menawarkan konsep penyelesaian jangka pendek dan jangka panjang yang dikenal dengan konsep 4+1. 

Tak hanya itu, Menlu juga melobi dubes-dubes ASEAN dan dubes negara lainnya untuk gotong royong membantu penyelesaian masalah Rohingya dengan menginisiasi dan memfasilitasi pembentukan Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM).

"Khusus bahas soal kunjungan ke Rohingya dan Bangladesh. Nanti hari Senin bu Menlu yang datang ke sini. Artinya dari hubungan Bu Menlu ke Myanmar kemarin melakukan pembicaraan dengan pihak pimpinan Myanmar," jelas Andreas.

Sekaligus juga, lanjut Ketua DPP PDIP ini, pihaknya ingin memahami persoalan secara menyeluruh. Termasuk asal-muasal terjadinya konflik. Pasalnya menurut dia, saat ini tidak sedikit pihak yang sama sekali tidak memahami persoalan di Myanmar

"Tapi persoalan mendasar yang ada di negeri itu melalui dialog dan diskusi dengan pemimpin di Myanmar kita akan dapat informasi yang lebih utuh," tandasnya. 

 

(rr/Rmol)