www.rancahpost.co.id

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, Sodik Mudjahid mengimbau bagi para pemuka agama tanpa terkecuali ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq untuk menghargai kearifan lokal dalam melakukan dakwah.

Hal tersebut disampaikan Sodik menanggapi polemik pernyataan Habib Rizieq yang memplesetkan bahasa Sunda Sampurasun menjadi `campur racun` saat berdakwah di Purwakarta beberapa waktu lalu.

"Salah satu konsep Islam dalam kebaikan adalah "birrun" yakni menghormati dan mengakomodasi nilai-nilai kebaikan lokal. seperti salam sampurasun. jika kebaikan itu dinilai kurang  sempurna maka dilengkapi bukan dimusuhi," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Jumat (27/11).

Untuk itu, lanjut dia, para pemuka agama agar berhati-hati saat menyampaikan materi dakwahnya dan senantiasa memperhatikan adat istiadat tempat sang pendakwah tersebut berada.

"Sebagai tokoh dan pemimpin ummat diminta lebih hati-hati dan cermat agar benar-benar bisa seperti Rasulullah rahmatan lil 'aalamiiimnn pembawa manfaat bagi alam semesta, Rasul tegas kepada kemungkaran dan kekufuran dan rendah hati kepada sesama kaum mukminin. Jadi, sampurasun bukan bentuk kekufuran dan bukan bentuk kemungkaran," tandas dia.

"Begitu pula, masyarakat Sunda adalah masyarakat religius yang harus dihormati bukan dimusuhi," imbuhnya.

Adapun, kata dia, dalam konteks ini, sebaiknya masyarakat pasundan yang merasa dilecehkan adat istiadatnya untuk senantiasa mensikapinya secara arif dan bijaksana sesuai tuntunan ajaran Islam yang sangat mulia.

"Akan lebih mulia jika orang Sunda yang memaafkan, kita budayakan ajaran Quran dan ajaran Rasul yakni memberi maaf kepada yang khilaf bukan menuntut maaf dari yang khilaf. Alllah  dan Rasul menjamin dengan budaya (memaafkan yang khilaf bukan menuntut maaf yang khilaf) ini akan tumbuh persaudaraan," tutur dia.

Adapun sejumlah pihak yang menuntut agar persoalan tersebut dibawa ke ranah hukum, menurutnya itu adalah hak semua warga negara yang dijamin konstitusi dan hal yang wajar.

"Itu tidak salah dan hak sebagai warga negara, tapi untuk kasus-kasus nilai-nilai budaya dan agama ini sebelum diselesaiakan secara formal hukum akan lebih mulia dan maslahat jika diselesaikan secara ukhuwah (persaudaraan, red)," ujar dia.

Saat ditanya bagaimana jika Habib Rizieq menolak meminta maaf pada masyarakat Sunda? Sodik mengatakan bahwa yang terpenting adalah bagaimana masyarakat menilai sikap dari yang bersangkutan dalam persoalan tersebut.

"Makin faktual dan makin terbukti kesalahannya (sekarang masih berdebatl) makin tampak kemuliaan yang memaafkan dan kehinaan yang tidak mau minta maaf. Biarlah umat dan rakyat yang menilai kualitas dan kelayakan Habib sebagai "pemimpin". Untuk itu, media dan masyarakat diminta untuk mengekospose hal ini. Untuk mengetahui salah tidaknya ;  minta maaf dan tidaknya Habib Rizieq dan pemaafan dari masyarakat Sunda," pungkasnya.

(rr/TS)