www.voa-islam.com

KABAR yang belum lama saya baca dari sebuah situs menjelaskan serba sedikit tentang Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) di Jakarta. Tersiar sebagai berikut: Dua Simpatisan JAT diamankan Polres Manggarai Barat karena ditengarai menyebarkan ajakan yang dianggap keluar dari ideologi Pancasila. “Mereka diamankan oleh Polsek Baranusa dan saat ini sudah berada di Polres Manggarai Barat, mereka dari JAT," kata Kabid Humas Polda NTT, AKBP Ronalzie Agus, saat dikonfirmasi detikcom, Kamis (30/7). Keduanya diamankan setelah adanya laporan dari warga yang khawatir dengan gerak gerik keduanya. Dua pria berinisial ZK (40) warga Alor dan SU (40) warga Bekasi, Jawa barat, terhitung belum lama berada di pulau yang berjarak 2-3 jam ke Manggarai Barat dengan menggunakan kapal laut.

"Mereka belum lama, baru beberapa hari di sana. Warga khawatir karena diduga menyebarkan ajaran di luar ideologi Pancasila," ujarnya. Namun, disinggung ideologi yang dimaksud, Agus mengunci rapat yang dituduhkan terhadap kedua orang tersebut. "Ini masih kita dalami, saya belum bisa sampaikan karena sifatnya sensitif," ujar Agus. Keduanya diamankan Selasa (28/7). Agus mengatakan pihaknya hanya memberikan tempat bagi keduanya untuk berada sementara di kantor kepolisian. "Mereka diamankan karena warga di sana (Pulau Baranusa) sudah khawatir dengan mereka," ujar Agus. 

Nampaknya sudah terbiasa jikalau ada penangkapan terhadap orang/ oknum yang ditengarai sebagai muslim yang menyebarkan “ideology baru”. Ideologi yang bukan/ tidak dianut oleh kebanyakan muslim lainnya di Indonesia. Manakala perbincangan Islam Nusantara tengah ramai, dan sebentar lagi 2 (dua) organisasi Islam akan melaksanakan muktamar, masih saja ada berita penangkapan yang dikategorikan sebagai orang patut dicurigai.

Membaca ansharuttauhid.com ~terutama pada aqidah dan manhaj yang dijabarkan ke dalam 45 poin, sepertinya tidak ada masalah dan perbedaan mencolok dengan manhaj kaum muslim kebanyakan di negeri ini. Manhaj dan aqidah itu bermuara pada ayat-ayat suci Qur`an dan menghormati keindonesiaan.

Pertanyaannya apakah lantaran organisasi ini didirikan oleh Amir Jamaah Ansharut Tauhid Al-Ustadz Abu Bakar Ba’asyir maka semua produk yang dikeluarkannya setara dengan kecurigaan dan sejumlah pertanyaan menyoal penyimpangan beragama? Saya tidak dalam kapasitas membela JAT serta menyalahkan penangkapan kedua anggota JAT di Jakarta. Akan tetapi kerap terjadi penggiringan opini massa bahwa Islam identik penyimpangan, teroris serta pembuat kerusuhan aqidah kaum muslim kebanyakan. Maka penangkapan anggota JAT akhir Juli lalu seperti merangkai kembali adagium kecurigaan yang berlebihan kepada aktivis organisasi Islam (yang dianggap berbeda paham dengan kaum muslim Indonesia kebanyakan). Dan oleh sebab itulah mereka layak ditangkap.

Pengalihan Isu

Sesungguhnya saya justru curiga bahwa berbagai peristiwa tidak penting kerap ditayangkan media massa sebagai upaya pengalihan perhatian publik atas melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang membuat Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku pusing. Melemahnya nilai tukar rupiah membuat pemerintah mesti bekerja ekstra keras untuk menjaga kestabilan ekonomi. "Saya yang pusing menjaga kondisi ini," ujar Jokowi di pelabuhan peti kemas di Soekarno - Hatta Makassar, Senin, 3 Agustus 2015.

Meski begitu, menurut Jokowi, kondisi saat ini justru membuat sejumlah eksportir untung. "Saya tetap optimis bahwa bahwa kondisi perlemahan rupiah bisa mendapatkan keuntungan terutama buat para eksportir, Senang tidak kalau dolar naik?" kata Jokowi. Pertanyaan yang dilontarkan Jokowi ini, langsung ditanggapi oleh para pengusaha eksportir secara serentak menjawab "Senang". Jokowi menyatakan senang dengan langkah Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo yang melakukan gebrakan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melakukan mendorong peningkatan sektor ekspor sehingga perlemahan rupiah tidak begitu terasa di daerah tersebut. 

Ternyata pemerintahan Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi-JK saat ini menuai banyak ketidakpercayaan masyarakat atas kemampuannya membenahi perekonomian nasional. Berbagai janji sudah tak dipercaya lagi. Dan ketika ketidakmampuan itu memuncak maka dilakukanlah upaya pengalihan isu agar masyarakat tidak melulu tertuju kepada masalah yang lebih besar. Nilai tukar rupiah yang menembus angka diatas Rp13.000 terhadap dolar Amerika saat ini membuat masyarakat khawatir. Faktor ekternal, di mana nilai dolar Amerika menguat disebut sebagai penyebab melemahnya rupiah.

Ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan Jokowi JK mengelola pemerintahan dan negara akhirnya menjadi bulan-bulan untuk mengkritik dan memojokkan Jokowi dengan berbagai julukan buruk. Yang menarik, Jokowi menyadari bahwa caci maki kepadanya sudah merupakan makanan sehari-hari yang apabila dijumlah dan dipidanakan mencapai ribuan.

Kembali ke persoalan awal. Aktivis organisasi Islam yang ditangkap lantaran berbagai alasan yang belum diuji akhirnya menjadi dilema yang selalu mengiringi aktivitas beragama. Keberagamaan yang beragam di Indonesia ~terlebih kini tengah ramai dibincangkan idiom Islam Nusantara~ terkoyak oleh ketidakpastian parameter aparat untuk menilai apakah sebuah organisasi berbasis agama (Islam) dapat dikatakan menyimpang atau tidak. Celakanya aparat keamanan keburu bertindak menangkap hanya karena adanya laporan warga masyarakat. Laporan yang bisa saja berawal semata-mata berangkat dari kecurigaan tanpa melakukan cross cheque terhadap keberadaan organisasi tersebut. Tidak ada dialog untuk mengetahui manhaj/ kanun/ anggaran dasar organisasi Islam yang dicurigai, langsung melapor dengan dalih meresahkan warga setempat.

Mengingat soal penangkapan aktivis organisasi Islam mengingatkan betapa banyak kejadian serupa di negeri tercinta ini sejak masa Orde Baru. Organisasi Islam dikategorikan sebagai kelompok kanan, sementara kaum sosialis dikategorikan sebagai kelompok kiri. Kanan dan kiri merupakan alasan untuk ditiadakan, alasan untuk ditangkap dan seterusnya lantaran ia tidak berada di tengah. Padahal kanan dan kiri tetap menempatkan Pancasila sebagai dasar negara yang patut (bahkan harus) dihormati. Tidak ada perlawanan terhadap Pancasila karena Pancasila dirumuskan juga oleh beberapa orang kiai kenamaan.

Penangkapan aktivis organisasi Islam sejatinya tidak berlangsung lagi di era keterbukaan yang kerap digaungkan sejak reformasi 1998 lalu. Bukan karena bertentangan dengan HAM dan sejenisnya, melainkan bukti masih adanya tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh aparat keamanan hanya berdasar laporan warga, sementara mereka yang ditangkap tidak melakukan tindakan apa pun sebagaimana tuduhan masyarakat yang melapor.

Marilah memasuki era keterbukaan ini semestinya kita semakin bijak menilai.***

(rr/DK)