Masykurudin Hafidz, pemerhati politik dari Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR) mengatakan saat ini Demokrat adalah partai yang paling diuntungkan dibanding partai-partai lain dalam kasus sapi impor ini karena gaung kasus sapi impor sangat luas, lama dan juga seksi. Ia mengira dengan intensnya berita kasus korupsi daging sapi, akan membuat publik lupa terhadap kasus-kasus besar lain, seperti Hambalang dan Century, yang memang berhubungan langsung dengan Demokrat.

Berbeda dengan Masykurudin, peneliti Politik dan Pemerintahan Fisipol Universitas Gadjah Mada, Erwin Endaryanta menegaskan sebenarnya yang kena telak kasus sapi impor memang PKS, jadi mesti dibedakan, tapi kalau ditarik pada ranah korupsi Demokrat juga kena.

“Artinya, setting politiknya bukan pada konteks korupsi daging impor, tetapi suara PKS dan Demokrat di dalam koalisi setgab yang tidak pernah rukun. Kalau dalam konteks itu ya bisa benar, yang diuntungkan ialah elit Demokrat,” tukas Erwin saat diwawancarai Beningpost.com, Selasa (28/5).

Menurut Erwin, hanya tiga partai yang memiliki konsolidasi bagus, yaitu PDIP, Golkar dan yang ketiga PKS walaupun didera banyak persoalan korupsi. Ia melihat fenomena empiris misalnya pilkada Jawa Tengah, isu yang diusung Ganjar Pranowo itu menjadi daya tarik sendiri bagi PKS.

Erwin juga menyinggung persoalan Century yang belum selesai, lalu ada juga utang luar negeri belum selesai. Namun menurutnya, persoalan daging sapi itu menjadi tren karena yang kena PKS, kebetulan pula ini produknya dari PKS.

“Tapi kalau kita lihat akarnya dari RUU parpol soal fund rising politik kan, pembiayaan partai kan tidak diafirmasi did alam regulasi parlemen,” imbuh Erwin.

Terkait elektabilitas PKS akan, komentar Erwin, elektabilitas PKS akan anjlok pada 2014. Dengan beberapa uji empiris ia melihat perbedaan signifikan antara pilkada di Sumatera Utara, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Ketika isu korup impor daging sapi mengkristal di Jawa Tengah, kelompok menengah sudah melihat, karena pemilih PKS pemilih terdidik, lalu banyak yang mempertanyakan mengapa demikian.

“Saya kira rumusan itu sudah ada di internal dewan syuro PKS, mereka memiliki tim yang cukup solid untuk membaca arah perubahan. Jualan moralitas itu masih penting lalu membangun etika berpolitik, ini boleh jadi akan menjadi energi positif,” pungkas Erwin.

 

 

(msm)