Mungkin kita pernah mengingat petuah Presiden SBY terhadap kasus Bupati Garut, Aceng Fikri yang telah sewenang-wenang menceraikan Fani Oktora hanya melalui pesan singkat atau SMS, isi petuah tersebut antara lain memberikan ketegasan kepada semua bahwa norma, etika, dan tata krama perlu ditegakkan di negeri ini. 

Menurut pengamat politik yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Syuro PPMI, Eggy Sudjana menyatakan bahwa wejangan SBY itu insya Allah bijak, perspektif dia sebagai presiden, tetapi menjadi tidak bijak ketika dia sendiri melanggar omongannya. 
 
“Jadi SBY, kalau dilihat dari perspektif Islam itu terkenal di dalam Surah As-Shaff ayat 2 dan 3, Allah sangat benci kepada orang yang bicara tetapi tidak dikerjakan. Jadi dalam konteks itu nanti kita lihat akhir dari SBY ini tragis atau tidak, biarkan Allah memproses azabnya,” tegas Eggy kepada Beningpost.com saat diwawancarai, Rabu (3/4).
 
Secara lugas pula, Eggy menambahkan bahwa bukan hanya itu apa yang menjadi omongannya, SBY malah jelas-jelas pernah bicara kepada menterinya yang memimpin partai, tolong fokus memikirkan negara, jangan hanya mikirin partai. Faktanya sekarang, SBY malah memilih partai dan anomali. Eggy menilai jika Anas mengganti SBY itu bagus, tapi jika SBY yang menggantikan Anas, itu sangat anomali.
 
“Itu sudah melanggar etika umum yang luar biasa dan mendegradasi perkaderan di Demokrat sendiri, perkaderan itu kan dari yang muda ke yang tua, jadi yang muda tidak terganggu, ini malah yang tua mengganggu yang muda,” imbuh Eggy.
 
Ia melanjutkan, “Satu lagi yang juga mendasar, apa yang juga pernah ia ucapkan terkait dengan kesetiaan terhadap partai, akan berhenti ketika dia menjadi pemimpin negara. Sekarang dia sudah memimpin negara, lalu juga mimpin partai. Berarti bisa dibalik dong, kesetiaannya kepada negara harus berhenti, dia harus turun dari jabatan, urus partai aja.”
 
Eggy menilai dengan statement dia, SBY seyogyanya berhenti memimpin negara, karena loyalitasnya berganda pindah ke partai. Untuk tidak berganda fokuslah urus partai, menangkanlah Demokrat nanti di 2014, maka mundurlah dia jadi presiden, itu yang benar. Karena memang SBY sendiri yang ucapkan itu.
 
Oleh karena itu, masih menurut Eggy, sekarang omongan SBY ditagih, berhentilah mimpin negara dan pimpinlah Demokrat, karena di Demokrat juga siapa yang akan melantik SBY sekarang. Dia Ketua Majelis Tinggi, dia Ketua Dewan Pembina, dan dia juga Ketua Umum, lalu anaknya Sekjen, "Seharusnya Partai Demokrat ganti nama menjadi PKS; Partai Keluarga SBY," ucapnya.
 
Tekait pemakzulan Aceng Fikri dari jabatannya sebagai Bupati Garut, Eggy berkomentar, “Semuanya ada di UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, lalu juga ada di pasal 29, etika yang dimaksud ialah dalam menjalankan pemerintahan, bukan etika dalam berkeluarga. Mereka meleburkan semuanya, antara Aceng dan Bupati jadi satu. Padahal Aceng sebagai Bupati punya hak-hak sebagai pribadi yaitu berkeluarga dan itu ada hukumnya sendiri yaitu Alquran dan UU No. 1 Tahun ’74,” jelasnya.
 
 
 
 
 
(msm)