www.beningpost.com

Tahun 2023 tinggal hitungan hari, namun isu yang tidak sedap mulai merebak ke ranah publik terutama dari sudut pandang ekonomi.

Di sektor usaha rintisan, dunia maya kerap diramaikan dengan fakta dan fenomena bubble burst yang ramai dibicarakan di sosial media, hingga gambaran menakutkan resesi yang akan terjadi tahun depan.

Buktinya bahkan sebelum masuk 2023, fenomena suramnya ekonomi sudah memakan korban berupa pemutusan hubungan kerja di berbagai usaha rintisan maupun perusahaan berbasis teknologi/digital.

Mengutip investopedia, bubble burst adalah siklus ekonomi yang ditandai dengan naiknya nilai pasar yang cepat, terutama dalam harga aset sehingga menciptakan anomali atau “gelembung”. Inflasi yang cepat ini diikuti oleh penurunan nilai yang cepat atau kontraksi, sehingga pada satu masa terjadi titik jenuh yang kadang-kadang bisa “meledak”, sehingga munculah istilah disebut sebagai crash atau bubble burst.

Fenomena ini di usaha rintisan berbasis teknologi ditandai dengan pemutusan hubungan kerja dalam jumlah besar atau massive layoff. Menanggapi hal ini, edtech Cakap melakukan inisiatif di kanal Youtube dalam memberikan edukasi untuk para pelaku bisnis dan anak bangsa melalui  Talk show  dengan pemimpin  dari salah  satu perusahaan teknologi di Indonesia melalui Cakap Blitz (Business Leaders Talks).

Dua pendiri perusahaan rintisan anak bangsa yakni Tomy Yunus, CEO & Co-Founder Cakap dan Daniel Surya yang merupakan Group Executive Chairman & Co-Founder WIR Group, keduanya berbincang mengenai jatuh-bangun bisnis hingga berbagi tips dalam menghadapi krisis termasuk pandemi dan kemungkinan resesi tahun 2023.

Tomy membuka dialog dengan kinerja WIR dan strategi yang akan diterapkan menghadapi tahun 2023 yang diramal akan suram. “Banyak perusahaan kena bubble burst, tapi 2022 kinerja WIR Group shining, apa strateginya dan apa yg harus diwaspadai oleh pelaku bisnis terutama berbasis digital?” tanya Tomy.

“Ada kata-kata resesi, buat saya ayo kita lihat dari sisi positif, bagaimana kita bangun dan melewati resesi dengan baik. Di bisnis kita bisa mulai dengan membangun perspektif yang relevan dan fundamental,” ujar Daniel.

Relevansi yang dimaksud Daniel adalah agar pebisnis dapat selalu membaca peluang bahkan pivoting (perubahan arah) jika diperlukan. Secara performa, WIR Group yang menjadi perusahaan publik mulai tahun 2022, pada semester satu tahun ini mencatat kenaikan laba 52,4% atau senilai Rp29,52 miliar secara tahunan (YoY).

Hal ini membuktikan bahwa perusahaan yang juga berbasis teknologi ini masih bisa mencatatkan kinerja positif meskipun dibayangi resesi hingga fenomena bubble burst.

Daniel juga menambahkan bahwa prinsip dalam menjalankan bisnis di bidang teknologi adalah fokus terhadap pelanggan. “Sebetulnya it’s all about, bagaimana kita melihat perspektif untuk mengatasi krisis, challenges, bahkan menjual produk yang belum ada pasarnya, tapi potensial bagi masyarakat. Bagaimana kita bangun relevansi sehingga klien tetap datang dan sustain. Sekali lagi, focus to customer and deliver,” pungkas Daniel.

Menutup perbincangan tersebut, Tomy menegaskan bahwa sektor bisnis digital masih dan akan terus potensial, meski saat ini banyak yang menghadapi efisiensi dan dibayangi oleh resesi. “Masih ada harapan mengingat ekonomi Indonesia diprediksi akan masuk 5 besar di 2045. Hal ini didukung oleh ekonomi digital Indonesia yang terbesar di regional asean, hingga SDM potensial,” ujar Tomy.

Daniel menutup dan turut mengamini bahwa Indonesia bisa mendominasi traffic gak hanya offline tapi online juga. “Kita bisa menjadi bangsa yang powerful tentunya dilandasi dengan basis Pendidikan yang kuat,” tutup Daniel yang mengamini pernyataan Tomy.

(rr/Syam)