www.beningpost.com

Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, kali ini dilaksanakan secara virtual Wajo, Sulawesi Selatan pada 12 Oktober 2021.

Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Tema yang diusung pada hari ini yaitu “Jangan Asal Komentar, Kikis Ujaran Kebencian”. 

Acara hari ini dipandu oleh Desmona selaku moderator serta menghadirkan empat narasumber, di antaranya E. Rizky Wulandari selaku dosen dan Public Speaker, Muh. Farzan selaku kreator konten, Dian Muhtadiah Hamna selaku dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Makassar, serta Maya Oktharia selaku Digital Entrepreneur dan Public Speaking Coach. Pada kegiatan kali ini diikuti oleh 742 peserta dari berbagai kalangan masyarakat.

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa.

Menurut E. Rizky Wulandari, apapun yang kita lakukan di dunia nyata, kita lakukan pula pada dunia maya. Jika kita bermain sosial media, maka harus siap menghadapi serangan mental dari mana saja. Jika tidak siap, pengguna dapat mengunci akun.

“Terkait produktivitas dalam berinternet, gunakan waktu di dunia maya dengan efektif, mencari inspirasi yang positif, dan menambah basis pengetahuan kita,” tambahnya.

Selanjutnya, Muh. Farzan mengatakan bahwa dunia digital bukan sekedar gaya hidup, tetapi sudah menjadi kebutuhan. Ia juga menuturkan contoh kegiatan yang dapat dilakukan di internet, seperti membuat podcast, menjadi naravlog, atau berbagi informasi positif.

“Hindari pelanggaran etika seperti menyebarkan ujaran kebencian, menggunakan tata bahasa yang tidak benar, spamming, dan melakukan perundungan,” pesannya. 

Pemateri ketiga, Dian Muhtadiah menyatakan, media sosial saat ini rentan terjadi multitafsir, sehingga kita perlu cermat dalam memilih dan menuliskan kata agar terhindar dari kesalahan multitafsir. Sayangnya, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar semakin memprihatinkan dan etika di ruang digital kian mundur. Oleh karena itu, berbahasa yang baik, benar, dan sopan harus menjadi karakter kita dalam bermedia sosial. 

Adapun pemateri terakhir adalah Maya Oktharia menjelaskan jenis jejak digital yang terbagi menjadi dua, yaitu pasif dan aktif. Contoh dari jejak digital pasif yaitu alamat IP, riwayat pencarian, dan lokasi. Sedangkan contoh jejak digital aktif adalah unggahan sosial media, isian formulir, dan surel. Cara menjaga jejak digital agar tetap bersih, di antaranya memeriksa jejak digital, bijak sebelum menulis, dan mempelajari aturan privasi di dalam perangkat.

“Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko akibat rekam jejak digital, seperti eksposur digital, pengelabuan (phishing), dan reputasi profesional,” pungkasnya.

Setelah sesi pemaparan selesai, moderator membuka sesi tanya jawab yang kemudian disambut hangat oleh para peserta. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang dilontarkan kepada para narasumber.

Salah seorang peserta, Aurora, bertanya mengenai apakah memberikan gawai kepada anak berusia dibawah 2 tahun itu buruk dan bagaimana alternatifnya. Menurut Kiky, kita jangan melarangnya, melainkan harus mendampingi serta mengawasi anak tersebut.

Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi akan diselenggarakan secara virtual mulai Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan informatif yang disampaikan narasumber terpercaya.

Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, silakan kunjungi https://www.siberkreasi.id/ dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi. 

(rr/Syam)