www.beningpost.com

Kebijakan untuk menerapkan sistem pembelajaran secara digital dinilai sangat penting untuk dilakukan di tengah tantangan penyebaran coronavirus. Indonesia adalah salah satu negara yang terkena dampak penyebaran coronavirus.

Untuk itu terdapat skenario pembatasan interaksi, seperti aktivitas mengumpulkan massa yang dibatasi, isolasi daerah episenter, penutupan berbagai aktivitas publik, pembatasan jam buka restoran, dan yang terbaru mengenai penutupan sekolah dan kegiatan belajar mengajar selama 2 minggu.

Solusinya, proses belajar mengajar dapat dilakukan dari  rumah dengan cara online. Menanggapi kondisi tersebut, Cakap, sebagai salah satu pemain ​ed-tech di Indonesia menyatakan kesiapannya untuk menyediakan online platform sebagai alternatif kegiatan belajar mengajar di Indonesia.

Dengan menggunakan metode interaksi dua-arah, yang didukung oleh teknologi, Cakap mengembangkan solusi layanan untuk pendidikan, atau biasa disebut ​Education As A Service (EAAS).

Tomy Yunus selaku CEO Cakap mengatakan, kesehatan tetap harus diutamakan ditengah merebaknya pandemi COVID-19 ini. Dengan teknologi dibidang pendidikan yang kami kembangkan, diharapkan dapat membantu kegiatan belajar mengajar secara aman melalui pembelajaran jarak jauh.

“Kami siap membantu pemerintah, lembaga pendidikan dan juga masyarakat Indonesia untuk melawan COVID-19 dengan menyediakan teknologi dan akses belajar secara daring,” ujar Tomy Yunus selaku CEO Cakap.

Sejumlah sekolah telah menerapkan pembelajaran online dengan merekam seluruh pelajarannya melalui WhatsApp, sementara beberapa sekolah lainnya menggunakan web-learning untuk memastikan pelajaran tetap bisa berlanjut.

Dampak penyebaran coronavirus juga dialami oleh salah satu pengajar Bahasa Mandarin di Cakap yang tinggal di ChongQing, Tiongkok. Dengan segala keterbatasan yang terjadi, berbagai cara dilakukan untuk tetap dapat beraktivitas. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi.

“Teknologi dan internet membantu saya untuk tetap bisa mengajar dan bertatap muka dengan murid-murid saya tanpa harus keluar rumah” ujar Sarah Shen, lulusan   Master dari​ Beijing Language Culture University.

(rr/Syam)