www.beningpost.com

PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia atau Bank) mengumumkan peningkatan pendapatan operasional bruto 3,7% menjadi Rp10,8 triliun untuk tahun keuangan yang berakhir 31 Desember 2019 dibandingkan dengan Rp10,4 triliun tahun lalu. 

“Kenaikan pendapatan bruto terutama didukung oleh peningkatan pendapatan non bunga (fee based income) dalam periode tersebut,” ujar Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria dalam siaran resminya kepada Beningpost.com (20/2/2020) di Jakarta.

Pendapatan operasional sebelum provisi naik 0,3% menjadi Rp4,4 triliun, sementara laba setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar Rp1,8 triliun dibandingkan dengan Rp2,2 triliun tahun lalu .

Hal ini adanya peningkatan provisi sehubungan langkah konservatif yang dilakukan Bank dalam melakukan pencadangan kredit untuk portofolio pada segmen komersial yang terdampak oleh kondisi ekonomi yang menantang. Provisi kerugian kredit naik 35,9% menjadi Rp1,8 triliun per Desember 2019.

Bank mencatat pertumbuhan pendapatan non bunga (fee based income) sebesar 14,1% menjadi Rp2,6 triliun pada Desember 2019 dibandingkan dengan Rp2,3 triliun pada periode yang sama tahun lalu, terutama didukung pendapatan dari fee Global Market, bancassurance, investasi, dan fee transaksi jaringan elektronik (e-channel).

Pendapatan bunga bersih meningkat 0,8% menjadi Rp8,2 triliun, sementara Marjin Bunga Bersih turun 17 basis point menjadi 5,07% pada akhir Desember 2019. Namun, Marjin Bunga Bersih pada Desember 2019 naik 10 basis point dibandingkan 4,97% pada September 2019 karena upaya berkelanjutan Bank dalam meningkatkan imbal hasil kredit dan mengurangi biaya dana selama kuartal keempat tahun ini. 

Bank juga berhasil mengurangi kelebihan likuiditas yang berbiaya tinggi yang dibukukan pada semester satu yang merupakan langkah aktif untuk memastikan kecukupan likuiditas dalam memitigasi semua risiko selama dan sesudah pemilu. 

Bank akan terus menjaga kedisiplinan dalam penentuan suku bunga kredit dan pengelolaan dana secara aktif untuk dapat memitigasi tekanan pada marjin dengan lebih baik.

Strategi Bank untuk mengurangi biaya dana yang tinggi mengakibatkan penurunan total simpanan nasabah sebesar 5,3% menjadi Rp110,6 triliun per Desember 2019 dibandingkan dengan Rp116,8 triliun pada Desember 2018. 

Meskipun demikian, Bank terus secara aktif menjaga aset dan liabilitas untuk memastikan tingkat pendanaan dan biaya yang optimal setiap saat. 

Rasio Kredit terhadap Simpanan/Loan to Deposit (LDR-Bank saja) berada pada tingkat yang sehat sebesar 94,1%, sementara Rasio Cakupan Likuiditas/Liquidity Coverage Ratio (LCR-Bank saja) berada pada 145,2% per Desember 2019, jauh melampaui kewajiban minimum sebesar 100%.

Total kredit turun 8,1% menjadi Rp122,6 triliun karena Bank terus berkomitmen menjalankan strategi konservatif dalam pertumbuhan kredit secara selektif dan Bank juga mengambil keputusan untuk menjalankan exit strategy terhadap beberapa kredit pada segmen korporasi dan komersial yang tidak sesuai dengan postur dan risk appetite Bank. 

Per Desember 2019, Perbankan Global membukukan pertumbuhan kredit yang moderat sebesar 3,4% menjadi Rp32,1 triliun, sementara kredit Community Financial Services (CFS)-Non Ritel turun 17,1% menjadi Rp48,3 triliun dan kredit CFS Ritel turun 4,2% menjadi Rp42,2 triliun.

Biaya overhead tetap terkendali dengan kenaikan sebesar 6,2% menjadi Rp6,4 triliun pada Desember 2019 dari Rp6,0 triliun pada Desember 2018 sebagai hasil dari  pengelolaan biaya yang baik di seluruh lini bisnis dan support unit.  Biaya overhead ini termasuk insentif yang dibayarkan untuk simpanan mudharabah yang tumbuh 79,3%. Di luar biaya insentif tersebut, biaya operasional aktual relatif sama sebesar Rp5,6 triliun.

Tingkat non-performing loan (NPL) sebesar 3,3% (gross) dan 1,9% (net) pada Desember 2019 dibandingkan dengan  2,6% (gross) dan 1,5% (net) pada Desember 2018.  Bank senantiasa menempuh langkah proaktif untuk mendukung nasabah dalam menghadapi tantangan dan menjaga postur risikonya untuk menjaga kualitas aset.

Posisi modal Bank tetap kuat dengan Rasio Kecukupan Modal (CAR) sebesar 21,4% pada Desember 2019 dibandingkan dengan 19,0% pada periode yang sama tahun lalu dan total modal Rp26,8 triliun pada Desember 2019 dibandingkan dengan Rp26,1 triliun pada Desember 2018.

(rr/Syam)