www.beningpost.com

Daniel (37), petani asal Dusun Sungai Langer, Desa Mengkiang, Sanggau, Kalimantan Barat, membagikan kesuksesannya meningkatkan pendapatan dan produktivitas tanah setelah meninggalkan teknik pembukaan lahan dengan cara dibakar dan berpindah-pindah.

Hasil pertanian yang sebelumnya hanya digunakan untuk konsumsi keluarga, kini mampu memberikan penghasilan hingga Rp1 juta per minggu.

“Teknik pembukaan lahan dengan cara dibakar dan berpindah-pindah masih kerap dilakukan petani di daerah saya, karena dianggap sebagai tradisi turun-temurun dan lebih efisien," kata Daniel yang diundang menjadi pembicara dalam Forum Diskusi Pojok Iklim yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (13/11/2019).

Menurut Daniel, jika dilihat jangka panjang, pertanian tanpa pembakaran justru menghasilkan lebih banyak keuntungan.

Daniel juga dikenal sebagai motor penggerak dalam melakukan transformasi praktik bertani di lingkungan sekitarnya. "Dia adalah orang pertama dan yang paling konsisten menerapkan praktik pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) di Kabupaten Sanggau," kata Kubin, Sekretaris Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Sanggau.

Saat ini di Dusun Sungai Langer setidaknya sudah ada 20 kepala keluarga yang mengikuti jejak Daniel, melakukan pembukaan lahan tanpa bakar.

Keberhasilan Daniel melakukan pembukaan lahan tanpa bakar tidak lepas dari peran dan binaan PT Finanntara Intiga, unit bisnis Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas di Kalimantan Barat melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).

Daniel melakukan pembukaan lahan tanpa bakar dengan metode Sanggau Farming System (SFS). Melalui metode ini Daniel mampu meningkatkan produktivitas lahan, sekaligus berkontribusi memelihara kelestarian alam dan lingkungan sekitar.

“Sanggau Farming System mempunyai dua prinsip, yakni prinsip penghasilan dan prinsip penataan. Prinsip penghasilan, kami membaginya menjadi penghasilan harian, bulanan, dan tahunan,” lanjut Daniel.

Sedangkan untuk prinsip penataan, ada 5 hal yang perlu dilakukan oleh petani yaitu tata ruang, tata waktu, tata kelola, tata pengairan, dan tata niaga.

Selain tanpa bakar, SFS juga diterapkan tanpa berpindah-pindah. Lahan dibagi ke dalam beberapa area atau jalur untuk menciptakan variasi tanaman sehingga lahan bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Usaha Daniel bukan pertama kalinya mendapat pengakuan. Pada tahun 2017 lalu, Daniel mewakili desanya menerima penghargaan Program Kampung Iklim dari KLHK atas kesuksesannya memelopori teknik pertanian tanpa bakar.

"Saat ini saya tidak peduli berapa rupiah yang saya hasilkan, yang terpenting, saya beserta keluarga sudah berubah dari berladang berpindah-pindah (dengan membakar) menjadi menetap (tanpa bakar)," ungkap Daniel.

APP Sinar Mas menjalankan program DMPA dengan mendukung masyarakat untuk mengelola lahan dengan metode agroforestri, yakni bercocok tanam tumpang sari hortikultura (sayur dan buah), tanaman pangan, peternakan, dan perikanan; serta industri kecil-menengah untuk olahan pangan, baik untuk konsumsi sendiri maupun dijual sebagai alternatif sumber penghasilan keluarga.

Program DMPA di Kalimantan Barat telah memberikan pendampingan terhadap 329 kepala keluarga di 18 desa dengan target tambahan 3 desa hingga akhir tahun 2019.

(rr/Syam)