www.beningpost.com

Cityscape adalah satu diantara genre dalam fotografi lanskap di mana obyek fotonya adalah perkotaan. Genre ini dianggap memiliki tingkat fleksibilitas yang lebih tinggi ketimbang foto lanskap umumnya.

Sebab pemotretan bisa dilakukan di mana dan kapan saja, tanpa harus menunggu matahari terbit atau terbenam. Bahkan saat malam hari pun, konsep cityscape bisa diterapkan dengan memotret perkotaan dengan lampu-lampunya yang menarik.

Salah satu fotografer yang menekuni konsep cityscape adalah Sukimin Thio. Menurut dia, konsep fotografi ini sangat menarik untuk dipelajari dan diterapkan.

"Foto cityscape ini banyak yang orang suka melihat hasilnya, foto bagus yang bisa dipotret tanpa harus pergi jauh-jauh," tuturnya. "Di sekitar kita ada banyak obyek foto yang bagus."

Kalau dulu konsep cityscape hanya mengandalkan kamera-kamera profesional, pada saat ini sudah tidak lagi. Berkat perkembangan teknologi smartphone, pemotretan cityscape sudah bisa dilakukan dengan mudah, bahkan oleh orang awam sekalipun, hanya dengan menggunakan smartphone.

Ambil contoh smartphone Huawei P30 Pro yang sudah dilengkapi sistem kamera terbaik dalam industri saat ini. Dari hasil pengujian lembaga independen DxOMark, kamera pada smartphone HUAWEI P30 Pro adalah yang terbaik.

Fitur utama yang dapat diandalkan untuk melakukan pemotretan cityscape, kata Sukimin, adalah lensa ultra-wide angle dan zoom. Sebab, dalam memotret pemandangan kota, jelas dibutuhkan lensa yang bisa menjangkau dengan lebih lebar.

Sistem triple camera dari Leica yang diusung oleh Huawei P30 Pro akan mengakomodir penggunanya untuk merekam pemandangan perkotaan ini dengan mengesankan.

Sistem kamera ini terdiri dari Super Sensing Camera 40 MP, lensa Ultra Wide Angle 20MP yang setara dengan lensa 16mm, dan lensa telephoto 8 MP.

Tak hanya itu. Huawei P30 Pro juga memiliki fitur night mode yang mumpuni untuk menghasilkan fotografi malam yang bagus dengan detail yang mengesankan serta mengurangi noise dengan baik.

Menariknya, semua itu bisa dicapai tanpa eksposur yang panjang. Dibandingkan dengan smartphone sekelas, DxOMark menyimpulkan, HUAWEI P30 Pro mencapai tingkat detail yang lebih tinggi pada hampir semua kondisi cahaya.

Tipsnya, kata Sukimin, adalah berusaha tak menghasilkan foto yang sama dengan orang lain dari sisi angle dan semacamnya. Pemotret bisa menambahkan aksen low exposure misalnya, untuk memperlihatkan gerakan awan di atas gedung misalnya. Kalau hasilnya terlalu mainstream, maka foto cityscape akan terlihat biasa saja dan kurang menarik.

Namun, meski begitu bukan berarti tak ada tantangan dalam konsep cityscape. Di antaranya adalah soal perizinan. Sebab kadang-kadang tak semua pemilik atau pengelola gedung rela gedungnya dipotret tanpa izin. Tantangan berikutnya adalah kondisi cuaca.

Setelah itu, jelas tantangannya adalah menguasai teknik cityscape ini dengan lebih baik lagi. Untungnya, bagi para pengguna smartphone Huawei, sudah tersedia workshop gratis HUAWEI NEXT-IMAGE.

Masterclass yang digelar setiap pekan. Setelah menggelar tema low light pada pekan lalu, Huawei akan menggelar tema cityscape di All Season Hotel, Jakarta Pusat, pada 11 Mei mendatang dengan pembicara Sukimin Thio.

Sukimin mengatakan, akan menyampaikan secara lebih mendetail tentang konsep cityscape dan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk memotret dalam genre tersebut.

Sukimin sudah membawa Huawei P30 Pro berkeliling ke Selandia Baru dan Singapura dan menghasilkan foto-foto cityscape yang bagus-bagus selama perjalanan itu. Dia akan memperlihatkan hasilnya pada saat workshop dan memandu peserta untuk mengetahui bagaimana foto bisa dihasilkan dan mempraktikkannya sendiri.

Sukimin mengakui, Huawei P30 Pro adalah smartphone yang telah mengubah persepsinya mengenai kamera pada smartphone. Bahwa, kamera smartphone ternyata juga bisa dipakai untuk memotret dengan bagus dan itu bisa terjadi dengan Huawei P30 Pro.

Sukimin menjelaskan, antara kamera profesional dan kamera smartphone memang tak bisa saling menggantikan, namun bisa saling melengkapi.

(rr)