www.mobitekno.com

F5 Networks, perusahaan penyedia layanan aplikasi ternama kembali merilis laporan tahunan mereka, yaitu State of Application Services (SOAS) 2019. Di tahun kelimanya, laporan State of Application Services 2019 mensurvei 1.863 responden di Asia Pasifik, mencari tahu pendekatan-pendekatan yang diambil oleh perusahaan-perusahaan dalam melakukan transformasi digital serta bagaimana cara mereka mengoptimalisasi layanan aplikasi mereka sehingga memiliki keunggulan yang kompetitif dan berdampak terhadap bisnis.

Dalam sebuah press briefing yang digelar kemarin di Jakarta, Selasa (12/3), Fetra Syahbana selaku Country Manager F5 Networks mengemukakan bahwa setidaknya ada 3 hal yang membuat kapitalisasi aplikasi semakin kuat, antara lain, talent, demografi dan infrastruktur. Perpaduan antara ketiga hal ini, menurut Fetra menjadi satu hal yang bernilai (tak bisa diukur dengan uang).

“Dengan perkembangan yang terjadi saat ini, membuat perilaku orang berubah, industrinya juga berubah. Bisnis itu tak pernah jalan duluan, justru teknologi lah yang akan mendorong bisnis. Jadi, pressure ada di tim IT,” ungkap Fetra.

Lalu, apa saja temuan SOAS 2019? Trennya saat ini telah mengarah ke proyek-proyek transformasi digital dengan persentase 66% perusahaan di Asia Pasifik. Hal ini menekankan pentingnya big data dan berbagai kemungkinan dari big data dan analisis ancaman secara real-time. Disamping itu, lebih dari setengah responden (56%) sudah menggunakan teknologi seperti container. Seluruh pergeseran ini mengarah pada landskap aplikasi automated yang digerakan oleh bisnis dan tersimpan di cloud—yang dengan ini perusahaan-perusahaan dapat memiliki keunggulan kompetitif yang disertai dengan beragam peluang bisnis baru.

“Tentu, hal-hal yang dibikin mudah tidak membuat keamanannya terabaikan. Terlalu banyak informasi yang masuk, harus bisa diterjemahkan untuk bisa menjadi satu nilai komersial tertentu,” kata Fetra.

Selain transformasi digital, perusahaan-perusahaan ini juga harus mempertimbangkan hal-hal di luar perimeter keamanan, karena firewall jaringan saja tak cukup untuk memberi perlindungan yang memadai bagi aplikasi-aplikasi perusahaan. Maka dari itu, mengoptimalkan visibilitas performa aplikasi sangat penting bagi ‘kesehatan’ digital dan kesuksesan bisnis perusahaan. F5 melihat bahwa perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik memprioritaskan analitik big data (52%), artificial intelligence (42%), dan analitik ancaman secara real-time (38%) untuk tujuan tersebut..

“Kami dari dulu concern sebagai platform untuk layanan aplikasi. Setiap aplikasi itu membutuhkan availability, jaminan aplikasi cepat dan secure. Kami memberikan platform untuk aplikasi services, kami ada di tengah,” Fetra menambahkan.

Selain faktor-faktor eksternal, proses bisnis juga terpengaruh oleh kurangnya dana untuk tools baru, sehingga memperlambat adopsi teknologi. Hambatan-hambatan ini juga menunjukkan adanya kebutuhan untuk menghapus kekhawatiran pengguna (end user) terhadap upaya mempercanggih infrastruktur.

Tahun ini, terdapat perbedaan yang sangat mencolok di sejumlah kawasan Asia Pasifik, khususnya dalam hal respon terhadap transformasi digital, teknologi yang sedang berkembang, serta solusi otomasi. Dengan mempertahankan kebijakan, keamanan dan ketersediaan yang seragam di seluruh portfolio aplikasi perusahaan, mereka akan bisa meningkatkan nilai dari aplikasi dan terus menumbuhkan bisnis mereka.