www.mobitekno.com

Musim liburan ternyata tak hanya musim untuk menikmati suguhan khas serta kebersamaan yang sangat berharga bersama keluarga. Musim liburan juga menjadi momen memuncaknya serangan phishing dimana para penjahat berusaha menipu Anda melalui email, pesan singkat, dan situs palsu demi memperoleh informasi pribadi.

Masih ingat dengan modus penipuan ‘Pangeran Nigeria’? Para scammers alias penipu di dunia maya kini sudah lebih kreatif. Dulu mereka mengirim email berisi kisah dramatis, mengklaim ada harta warisan yang menanti Anda dan berujung pada permintaan untuk memberikan informasi perbankan untuk ‘mencairkan’ harta tersebut.

Penipuan phishing saat ini lebih canggih dan agresif, berpura-pura menjadi seseorang atau entitas yang dikenal dan memainkan emosi korbannya agar mau menyerahkan uang.

Pada 2017 lalu, Indonesia menempati urutan ke-9 jumlah serangan phishing, yakni satu phishing insiden per 2.380 email. Laporan terbaru F5 yang bertajuk 2018 Phishing and Fraud Report: Attacks Peak During the Holidays menyebutkan, insiden penipuan (fraud) pada Oktober, November, dan Desember melonjak 50% dari rata-rata tahunan. Phishing masih menjadi vektor serangan teratas yang memberi akses ke penyerang untuk membuka informasi pribadi seperti kredensial login dan nomor kartu kredit.

Riset yang menggunakan data dari berbagai sumber ini menelusuri secara khusus fenomena phishing dan aktivitas penipuan yang memuncak di musim liburan. Yakni dimulai pada awal Oktober dan terus berlangsung hingga Januari. Termasuk diantaranya tren phishing dan fraud selama setahun, perusahaan yang paling sering menjadi korban serangan phishing, serta bagaimana perusahaan dan pelanggan bisa mempertahankan diri terhadap serangan phishing dan fraud.

Cara Kerja Phishing

Teknologi dan metode penipuan phishing sebenarnya sudah cukup umum dan tak banyak berubah selama beberapa tahun terakhir. Penjahat menggunakan trik psikologis untuk memancing korban hingga mempercayai dan mengakses formulir dan aplikasi web palsu.

Pelaku phishing (phishers) biasanya melakukan proses tiga langkah berikut ini dalam menjalankan skema penipuan mereka:

Pemilihan Target (Target Selection). Menemukan korban yang cocok, beserta alamat email dan latar belakangnya, guna mencari titik psikologi yang tepat untuk memancingnya.

Rekayasa sosial (Social Engineering). Menyiapkan pancingan dengan umpan yang tepat agar dimakan korbannya, untuk mencuri kredensial dan menanamkan malware. Dalam kasus spear-phishing atau teknik penyebaran email seolah dari rekan atau organisasi yang telah dikenal korban sebelumnya, setiap umpan akan disesuaikan dengan calon korbannya. Di akhir tahun, phisher akan memanfaatkan tutup tahun fiskal dan momen liburan sebagai bagian dari aktivitas mereka.

Rekayasa Teknis (Technical Engineering). Menciptakan metode untuk meretas korban yang termasuk diantaranya membuat website palsu, menciptakan malware, dan menyembunyikan serangan dari pemindai keamanan.

Melindungi Diri dari Phishing dan Fraud

Untuk konsumen:

Sangat penting untuk memahami bahwa alamat email bisa dipalsukan atau dipelesetkan (spoofed). URL spoofing adalah proses menciptakan URL palsu yang seringkali terjadi dalam serangan phishing. Berikut beberapa tanda-tanda yang harus diwaspadai:

Penyingkatan URL (shortened URL) dari layanan seperti bit.ly dan lainnya bisa membahayakan. Pengguna sebaiknya membuka tab baru di browser dan mencari konten atau website yang menjadi referensi.

Peringatan sertifikat (certificate warning) terlihat dari browser ketika sertifikat keamanan website tidak berlaku, bukan yang terbaru, atau tidak dikeluarkan oleh otoritas sertifikat terpercaya. Ketimbang mengabaikan peringatan ini, khususnya jika pengguna merasa situsnya aman-aman saja, ada baiknya mencari situs tersebut di window terpisah pada browser.

Untuk perusahaan:

Seiring bertambahnya kecanggihan dan sifat agresif dari upaya penipuan phishing, melatih kewaspadaan pengguna sangat penting dalam melindungi perusahaan dan pengguna terhadap upaya phishing. Hal ini membutuhkan langkah-langkah yang bersifat teknologi. Termasuk diantaranya melabeli email, software antivirus (AV), penyaringan web, dan otentikasi multi-faktor.

Pada akhirnya, tak ada solusi keamanan satu pintu untuk mengendalikan phishing dan fraud. Perlu ada kerangka kendali komprehensif yang melibatkan orang, proses, dan teknologi untuk mengurangi risiko serangan phishing menjadi insiden besar di perusahaan