Ilustrasi | www.beningpost.com

Keamanan dan kenyamanan merupakan dua fondasi penting dalam penggunaan aplikasi. Lalu, apa jadinya bila ada sebagian pengguna aplikasi tertentu justru rela mengorbankan kenyamanan demi keamanan mereka? Bagaimana perilaku konsumen Indonesia terkait isu tersebut? Ini yang akan diungkap sebuah studi yang dilakukan oleh F5 Networks (NASDAQ: FFIV) bertajuk ‘The Curve of Convenience’.

Survei regional yang merupakan hasil kolaborasi bersama YouGov ini menunjukkan, sebenarnya keamanan masih menjadi prioritas konsumen di Asia Pasifik. Sebanyak 53% responden memprioritaskan fitur keamanan ketimbang fungsionalitas dan kenyamanan ketika menggunakan aplikasi. Bahkan, konsumen di kawasan ini tidak memberi ampun jika terjadi sesuatu terkait keamanan. Hampir tiga dari lima responden memilih untuk tidak lagi menggunakan sebuah aplikasi jika keamanan data mereka jadi taruhannya.

Namun konsumen di Indonesia memiliki pandangan yang berbeda terkait keamanan dan kenyamanan dalam menggunakan aplikasi. Secara keseluruhan, hanya 49% konsumen Indonesia yang lebih mengutamakan aspek keamanan ketika menggunakan aplikasi sementara rata-rata Asia Pasifik berada pada 54%. Hanya 37% milenial Indonesia, yang merupakan demografi pengguna aplikasi terbesar, memprioritaskan keamanan.

Adam Judd, Senior Vice President, Asia Pacific, China dan Jepang (APCJ), F5 Networks menyatakan bahwa hasil survei ini cukup jelas. Meski kawasan ini beragam, satu faktor menyatukan mereka. Keamanan masih menjadi pertimbangan utama konsumen Asia Pasifik.

“Seiring aplikasi kian mendominasi kawasan, sangat penting bagi perusahaan untuk  memahammi sikap konsumen seperti yang dipaparkan dalam riset Curve of Convenience. Dengan demikian, mereka dapat mengahadirkan user experience yang tepat untuk konsumen atau berisiko kehilangan mereka,” tegas Judd.

Generasi digital Asia mempengaruhi perekonomian global, mulai dari  mendorong pasar konsumen hingga menciptakan model-model bisnis yang inovatif. Untuk memetakan persepsi dan perilaku konsumen Asia Pasifik dalam menggunakan aplikasi, F5 berkolaborasi dengan YouGov untuk melakukan survei dengan melibatkan 3.700 responden di tujuh negara yakni Australia, China, Hong Kong, India, Indonesia, Filipina, dan Singapura.

Pandangan lain Dr. Debin Gao, Associate Professor, Information Systems, Singapore Management University, mengungkapkan bahwa keamanan dan kenyamanan seringkali berseberangan, serta mempersulit upaya untuk mencari jalan tengah kedua elemen tersebut. Semakin nyaman sebuah perangkat atau program, biasanya semakin tidak aman. Ini menjadi pilihan sulit, apakah kita harus mengorbankan keamanan atau kenyamanan?

“Riset Curve of Convenience dari F5 menggambarkan hal tersebut, terlihat pengguna di kawasan ini memiliki pilihan yang berbeda berdasarkan tingkat pemahaman mereka. Namun, sangat penting untuk diingat bahwa meskipun penggunaan aplikasi meningkat, pengguna memiliki batasan dalam hal jumlah aplikasi yang mereka miliki. Perusahaan harus mengetahui prioritas pengguna dan mendesain aplikasi memakai pertimbangan tersebut,” kata Gao.

Milenial Korbankan Keamanan demi Kenyamanan

Pada 2020, lebih dari 60% penduduk milenial (usia 18-34 tahun) berada di Asia Pasifik. Mereka akan menjadi demografi yang mempengaruhi bisnis aplikasi, memiliki ekspektasi tertentu mengenai bagaimana perusahaan memenuhi preferensi mereka.

Meski sangat paham  teknologi, milenials terbukti menjadi demografi yang rentan serangan karena generasi digital meremehkan keamanan. Kurang dari setengah responden milenial (44%) memprioritaskan fitur keamanan, dibandingkan dengan 53% responden Gen X (usia 35-54 tahun) dan 69% generasi baby boomers (usia 55 tahun ke atas).

Secara umum, milenials memahami potensi risiko keamanan data, tetapi mereka tak begitu khawatir. Sebanyak 32% milenial menunjukan toleransi tinggi terhadap pembobolan, sebab mereka akan tetap menggunakan sebuah aplikasi meski datanya dibobol. Sebagai calon pemimpin dunia, milenial harusnya memahami tingkat risiko keamanan karena sikap santai generasi ini berpotensi merugikan dan menjadi alasan utama pembobolan keamanan.

Aplikasi kini menjadi wajah bisnis. Riset Curve of Convenience menjadi cerminan perjalanan pengguna untuk mendapat ‘pencerahan aplikasi’. Mereka diharapkan lebih memahami tarik ulur antara keamanan dan kenyamanan menggunakan aplikasi, serta memilih salah satu kadang berarti mau tak mau harus mengorbankan lainnya. Tantangan bisnis saat ini adalah menyeimbangkan kenyamanan dan keamanan. Juga, menghindari ‘jurang kenyamanan’ (convenience chasm), yakni ketika pengguna tidak puas dengan kenyamanan dan keamanan sebuah aplikasi.

 

(rr/DZ)