Ilustrasi | HacknPlan

Ditengah gempita industri game di Tanah Air saat ini, pernahkah Anda sejenak berpikir soal bagaimana nasib pengembang (developer) game lokal? Bahagia atau justru merana? Sebelum menjawab, sebuah fakta ironis menunjukkan bahwa pasar Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara untuk urusan game dengan nilai bisnis mencapai US$500 juta dolar. Namun pengembang game lokal saat ini baru mampu berkontribusi sebesar 1,8% terhadap total nilai bisnis di industri ini.

Ini disebabkan pengembang game lokal kerap kali mesti menghabiskan sebagian besar modalnya untuk beriklan di berbagai platform media sosial tanpa mendapatkan imbal balik yang menguntungkan. Akibatnya, mereka kesulitan untuk dapat mengembangkan game baru dan bersaing dengan pengembang dari luar negeri.

Hal lain ialah disebabkan oleh ekosistem yang belum optimal dalam mendukung mereka untuk berkembang.

Melihat realitas diatas, Mfun, platform rewards blockchain, belum lama ini memperkenalkan kehadirannya di Indonesia dengan membawa misi membangun sebuah ekosistem terbuka dan terpercaya bagi pengembang game dan aplikasi di Indonesia, serta penggunanya.

Singkatnya, Mfun menyuguhkan ekosistem secara transparan dan terpadu untuk ‘membahagiakan’ developer dan juga gamers. Didalamnya, mereka akan mendapatkan reward atau imbalan atas waktu dan uang yang telah dikeluarkan pengguna untuk aplikasi game, serta membantu para pengembang game melakukan efisiensi dengan melewati atau memotong rantai perantara, serta makin efektif dalam meningkatkan minat dan jumlah penggunanya.

“Bila bergabung dalam ekosistem Mfun, dari sisi gamers; menguntungkan, tak ada penyalahgunaan data pribadi, tidak ada video ads. Sedangkan dari sisi game publisher (developer): akan mampu berkompetisi dengan global developers dan bisa mengontrol iklan agar lebih efisien,” ungkap Brian Fan, Co-Founder Mfun dalam pemaparan materi di Jakarta, Selasa (8/5).

Brian menambahkan, kehadiran Mfun bisa menawarkan platform yang memungkinkan pengembang memangkas pengeluaran untuk promosi dan biaya-biaya pihak ketiga yang tidak efektif dan mengalihkannya menjadi reward bagi pemain game.

Berbicara reward, gamers bisa mendapatkannya dalam bentuk cyptocurrency token Mfun. Token-token tersebut dapat digunakan untuk melakukan pembelian lewat aplikasi (in-app purchase) di berbagai games di platform Mfun. Bentuk reward ini juga akan semakin menarik pengguna untuk mencoba game-game baru dari pengembang game lokal yang ingin mengurangi pengeluaran iklan yang tidak efektif.

“Harapan kami hingga akhir tahun ini, bisa menggaet lebih banyak developer dan akan fokus pada Mobile gaming and PC gaming,” tukas Brian.

Sementara itu, Arief Widhiyasa, CEO dan Co-Founder Agate Studio menuturkan kekhawatiran soal game developer di Indonesia. Tantangan yang dihadapi banyak, namun terkumpul menjadi tiga, yaitu masalah talent (masih sangat sedikit sekali di Indonesia); gap yang terlalu jauh antara game developer kelas dunia dengan game developer lokal; dan, jumlah uang yang diinvestasikan masih sedikit (hanya 2 juta USD/tahun).

“Idealnya jika mau berkompetisi, minimal investasi 50 juta USD, karena pasar Indonesia 500 juta USD,” ucap Arief.

Terkait Mfun, Arief berharap ini bisa menjadi solusi untuk para pengembang game dan publisher agar bisa memonetisasi game-nya itu sendiri.

Bersamaan dengan peluncurannya, Mfun juga mengumumkan dibangunnya kemitraan eksklusif dengan pengembang game terkemuka di Indonesia, Agate Studi, media game terkemuka Duniaku.net, dan aplikasi sosial Yogrt.

(rr/MT)