www.beningpost.com

Skizofrenia, penyakit gangguan jiwa/mental yang serius, atau lazim masyarakat menyebut orang gila, di mana penyakit skizofrenia ini sampai dengan saat ini para ahli masih belum menemukan penyebab pasti penyakit ini.
 
Ketua Seksi Skezofrenia dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehaan Jiwa Indonesia (PDSKJI), Dr.A. A. Agung Kusumawardhani, SpKJ(K) menjelaskan bahwa penyakit ini merupakan gangguan otak yang kronis di mana si penderita merasa kesulitan memproses pikirannya. Penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja, baik pada pria dan wanita.
 
"Sampai kini penyebab pasti skizofrenia belum ditemukan," ujar  Dr. Agung dalam media workshop tentang hasil Focus Discussion Group yang berlangsung pada 23 Mei 2015 dengan tema “Kualitas Pelayanan Kesehtan bagi para ODS” di Jakarta, Senin (28/9).
 
Dia mengakui bahwa pada tahap awal, penyakit ini susah dikenali dengan pasti, pihak keluarga juga menganggap orang dengan skizofrenia (ODS) seperti orang normal yang tengah punya masslah. "Rata-rata pasien umumnya baru berkonsultasi ke dokter dua tahun setelah muncul gejala," tambahnya.
 
Pada umumnya memang keluarga pasien lebih mendahulukan secara keagamaan atau pengobatan tradisional, sehingga begitu dibawa ke dokter, gangguannya sudah terlanjur akut dan sukar untuk pulih lagi ke kondisi normal.
 
Padahal, lanjutnya, penyakit skizofrenia ini sama halnya dengan penyakit lainnya, seperti penyakit jantung dan penyakit lainnya. Jadi penyakit skizofrenia ini bisa dipulihkan (recovery) bila penderita skizofrenia itu meminum obat secara terus menerus selama dua tahun, sehingga bisa sampai dikatakan sembuh oleh dokter dia.
 
“Pengobatan yang lebih dini akan menghasilkan pemulihan yang lebih baik, jika dibandingkan pengobatan yang dilakukan pada waktu yang lebih lambat,” tambahnya.
 
Sementara penanganan yang komprehensif untuk memulihkan dari skizofrenia memerlukan kerjasama berbagai pihak dan lintas sektor, misalnya untuk menangani aspek kesehatan dan kesejahteraan sosialnya.
 
Untuk itu perlu dibuat adanya tim yang multi-disipliner dan multi-profesi sebagai pendamping ODS untuk mengatasi gangguannya. “Kerjasama pasien dan keluarga pasien juga diperlukan,” tuturnya.
 
(rr/Syam)