indo.wsj.com

Dampak dari konflik tahun lalu lantas diperparah dengan merosotnya kondisi ekonomi dapat membuat Jalur Gaza tak berpenghuni paling lambat pada 2020, demikian laporan dari Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) pada Selasa (1/9).

Laporan UNCTAD mengenai bantuan buat rakyat Palestina menunjukkan bahwa delapan tahun blokade ekonomi oleh Israel telah menambah parah dampak dari operasi militer yang menjadi pukulan keras dan telah makin menghalangi kemampuan wilayah tersebut untuk mengekspor dan berproduksi untuk pasar dalam negerinya.

Menurut perkiraan yang disampaikan di dalam laporan UNCTAD, konflik tahun lalu saja merusak atau benar-benar menghancurkan 247 pabrik, 300 pusat komersial, 20.000 rumah orang Palestina, 148 sekolah, 15 rumah sakit dan 45 pusat perawatan kesehatan primer, serta membuat sebanyak 500.000 kehilangan tempat tinggal.

UNCTAD melaporkan kerusakan parah juga diderita oleh satu-satunya pembangkit listrik di Jalur Gaza, sementara sektor pertaniannya menderita kerugian sampai 550 juta dolar AS, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu (2/9) petang.

Tiga operasi besar militer dilancarkan oleh pasukan Israel antara 2008 dan 2014.

Banyak data memperlihatkan angka pengangguran di Jalur Gaza mencapai angka tinggi pada 2014, dan 44 persen penduduknya kehilangan pekerjaan, sementara produk domestik kotor per kapita merosot sampai 30 persen dibandingkan dengan pada 1994.

Sementara ekspor dari Jalur Gaza nyaris sepenuhnya terhalang, dan impor serta pengiriman uang kontan sangat dibatasi, UNCTAD memperingatkan bantuan donor takkan bisa mengubah kerusakan pembangunan dan kemiskinan yang terus terjadi di Jalur Gaza.

(rr/Knf)