www.beningpost.com

Indonesia adalah negara tropis yang mengisyaratkan kita bahwa negara ini sangat subur. Memang, banyak produk pertanian dipanen termasuk buah-buahan.
 
Banyak bagian dari Indonesia terkenal untuk buah-buahan yang lezat: Indramayu terkenal dengan buah mangga, Sleman di Yogyakarta terkenal sebagai produsen kualitas salak pondoh super, daerah Gayo di Aceh Tengah juga terkenal dengan kualitas alpukat top dengan tekstur tidak berserat.
 
Buah ini kualitas yang sangat baik dianggap komoditas dolar produktif baik (yaitu, ekspor). Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor buah-buahan pada tahun 2013 mencapai USD418mn (4% YoY).
 
Produksi buah-buahan populer adalah mangga (2,192.9ton / tahun), manggis (139.608 ton / tahun), dan salak 1,030.4ton / tahun). Buah-buahan yang diekspor ke beberapa negara seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, Cina, dan Uni Emirat Arab.
 
Berdasarkan pengamatan lapangan Tim Riset PT Daewoo Securities Indonesia menemukan beberapa fakta menarik. Dalam kunjungan terakhir kami ke salah satu supermarket (supermarket penghasilan menengah), buah-buahan impor lebih mudah ditemukan di lapangan.
 
“Apa yang lebih menarik adalah bahwa buah-buahan impor yang lebih besar ukurannya dan jumlah lebih banyak dan apa yang tertangkap kita terkejut adalah bahwa buah-buahan impor yang lebih murah dari pada buah-buahan lokal,” kata Tim Riset dalam siaran persnya yang disampaikan ke BeningPost.com pagi ini, Senin (29/6).
 
Disebutkannya bahwa apel diproduksi secara lokal harganya IDR65,000 / kg sedangkan apel impor yang harga IDR49,500 / kg (lihat gambar di bawah).
 
Menurut wawancara Tim Riset dengan seorang penjual, kami menemukan bahwa ini adalah karena kebanyakan semua buah-buahan lokal yang diekspor dan sulit untuk mengamankan pasokan. Namun, konsumsi buah dalam negeri masih tinggi.
 
Menurut Tropical Hortikultura Research Center, konsumsi buah dalam negeri mencapai 18.5 juta ton buah per tahun. Berdasarkan angka 2014, impor buah terbesar berasal dari China (82,7%), Amerika Serikat (4,7%), Thailand (4,5%), Vietnam (1,2%), Australia (0,6%), dan lain-lain (6,3%).
 
(rr/Syam)