www.radiotimes.com

Sosiolog Universitas Nasional, Nia Elvina berpendapat, fenomena munculnya generasi muda Indonesia yang bergabung dengan ISIS, merupakan suatu kemunduran dalam sistem pendidikan.

"Sumber utamanya karena sistem pendidikan yang kita bangun belum bisa menumbuhkan atau mengembangkan nilai-nilai pendidikan kewarganegaraan yang berbasiskan ideologi bangsa ini, yakni Pancasila," kata Nia seperti dikutip harianterbit di Jakarta, Rabu (4/3).

Sehingga, lanjut Nia, Indonesia tidak punya filter dari pengaruh fundamentalisme yang berkembang. "Saya kira sistem pendidikan kita yang harus diperbaiki dulu," terangnya.

Ketika ditanya apakah hal tersebut menjadi bukti sistem pendidikan moral di Indonesia telah gagal, Nia menjawab,"Bukan pendidikan Pancasila yang gagal, akan tetapi sistem pendidikan kita belum menerapkan nilai-nilai Pancasila," cetusnya.

"Sehingga karakter sebagai warga negara Indonesia yang Pancasilais itu tidak terbentuk. Warga negara yang punya rasa nasionalisme yang tinggi belum terbentuk," tuturnya.

Nia juga mendesak peran ulama di Indonesia turut berkontribusi dalam upaya preventif agar anak bangsa Indonesia tidak bergabung dengan ISIS. "Peran ulama khususnya ulama Islam harus meletakkan kembali bahwa nilai-nilai Islam itu sangat mencintai persaudaraan, menyelesaikan masalah dengan musyawarah mufakat. Saya kira ulama harus berfungsi dengan baik," tandasnya.

Sebelumnya, data yang pernah diungkapkan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Aqil Siraj bahwa sudah ada 514 WNI yang menjadi anggota ISIS, Modus baru yang digunakan ialah berangkat melalui perusahaan wisata (tur) ke tempat tertentu lalu menghilang.

(rr/HT)