nasional.news.viva.co.id

Elektabilitas Partai Golkar diprediksi akan semakin merosot karena citra buruk yang melekat akibat konflik berkepanjangan elite partai berlambang pohon beringin itu.

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Ardian Sopa mengatakan Partai Golkar terancam hanya menjadi partai kelas dua atau bahkan partai gurem.

"Tak ada pilihan lain bagi Golkar selain melakukan islah dan membenahi kembali partai bersama-sama. Konflik ini sudah merugikan dua kubu," kata Ardian dalam konferensi pers hasil survei LSI dengan judul 'Golkar Pasca-Putusan Menkumham' di Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (19/12).

Menurutnya, ada dua produk islah yang bisa dijalani Golkar. Pertama adalah menjalankan Munas rekonsiliasi, kedua dengan cara kesepakatan power sharing (bagi-bagi kekuasaan).

"Munas rekonsiliasi dilakukan atas dasar kesepakatan dua kubu mengenai panitia, penyelenggara, tempat dan waktu. Sementara yang kedua, dua kubu yang berselisih harus sepakat mengelola Golkar secara bersama-sama, dimana semua pihak merasa diakomodasi dalam jabatan dan peran," lanjutnya.

Diberitakan sebelumnya, pasca keputusan Menkumham soal dua kubu Munas Golkar, mayoritas publik yaitu sebesar 72.94 persen menginginkan pimpinan Golkar segera melakukan Islah dan menyelesaikan permasalahan dualisme kepemimpinan melalui Mahkamah Partai.

"Hanya minoritas yaitu sebesar 17.65 persen yang menginginkan kedua versi Golkar itu bertarung kembali di pengadilan untuk menentukan pihak mana yang sah," kata Ardian.

Ardian mengatakan, dalam survei yang dilakukan pada tanggal 16 -17 Desember 2014 itu juga menyebutkan, instabilitas politik internal Golkar akan berdampak pada stabilitas politik nasional. Mayoritas publik sependapat bahwa konflik di tubuh Golkar akan menggangu stabilitas politik nasional.

"Sebesar 63,20 persen publik menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa konflik Golkar akan berpengaruh pada stabilitas politik. Hanya 28,75 persen publik yang menyatakan bahwa konflik Golkar tidak berpengaruh pada stabilitas politik nasional," lanjutnya.‬

Diketahui, survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden dan margin of error sebesar +/- 2,9 persen. Survei ini dilaksanakan di 33 prvpinsi di Indonesia. Hasilnya juga dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD, dan in depth interview.

(rr/Knf)