www.hipwee.com

Internet dan media sosial.Dua kenikmatan yang membuat kita bebas berkomunikasi dan mengunduh atau pun mengunggah informasi. Mendekatkan yang jauh danmenjauhkan yang dekat, begitu istilah ekstremnya. Di saat bersamaan juga menjadi gangguan tanpa batas, membuat kita sukar berlama-lama fokus untuk menyelesaikan satu pekerjaan hingga benar-benar tuntas.

Dalam bukunya yang berjudul The High Velocity Edge, Stephen Spear memberikan gambaran yang sangat gambling mengenai fenomena kompleksitas akibat kemajuan high tech saat ini.

Spear menjelaskan beda mobil tahun 1970-an dan zaman sekarang. Mengapa? Karena body-nya terbuat dari besi dan baja thok, skill yang diperlukan untuk membentuk dan memperbaiki mobil di zaman itu adalah cukup memahami sifat-sifat metal seperti besi dan baja. Berbeda sekali dengan body mobil sekarang yang terdiri dari baja, plastik hingga alumunium. Untuk memperbaikinya, dituntut skill dari berbagai bidang keilmuan tentang material dan tidak cukup bermodalkan ketok sana-sini saja.

Pengaturan udara dan bahan bakar pada mobil 1970-an diatur oleh karburator. Sekarang, semua diatur menggunakan sistem injeksi bahan bakar yang dikendalikan oleh komputer. Konsekuensinya? Montir zaman sekarang tidak lagi cukup hanya menguasai persoalan mesin. Dia juga harus memahami ilmu instrumentasi, control dan program komputer.

Sampel-sampel tadi untuk menunjukkan bahwa kemajuan tekno, organisasi dan keilmuan menghasilkan zaman yang semakin rumit. Sehingga jelaslah terobosan terbesar yang bisa kita lakukan dalam zaman yang serba rumit seperti ini adalah melakukan simplifikasi.

Berujung Multitasking

Dalam kehidupan kita yang makin kompleks, kita makin membuat ruwet saja. Seoalah diri dipenuhi rasa “multitalenta” yang berlebihan dalam mengerjakan tugas kantor. Ketika rapat kita seringnya nyambi. Sambil memberesi presentasi, kita sibuk menulis status, menscroll-down lini masa, buka dan balas WhatsApps atau BlackBerry Messenger. Atau memperhatikan arahan bos sambil explore Instagram, stalking produk-produk asoy yang limited edition.

Multitasking adalahkemampuan untuk melakukan dua jenis kegiatan atau lebih pada saat bersamaan dengan mengandalkan audio (bicara) maupun visual (penglihatan).

Berdasarkan survei yang dilakukan para peneliti di Ohio State University, beberapa jenis multitasking ada yang lebih berbahaya dibandingkan jenis lainnya.

Jenis multitasking yang berbahaya adalah jika mengandalkan visual visual contohnya membalas sandek (SMS) sambil mengendarai sepeda motor, dimana dua kegiatan ini mengandalkan penglihatan secara bergantian.

Source: esuthu.blogspot.com

Multitasking visual tentu lebih berbahaya dibanding audio visual. Audio visual lebih aman dibandingkan dengan visual-visual contohnya dengar lagu sambil nyetir.

Peneliti menemukan orang yang melakukan multitasking dengan 2 tugas visual sekaligus cenderung kurang berhasil daripada ketika melakukan tugas visual dan audio.

Peneliti meminta 32 orang mahasiswa untuk menentukan apakah 2 garis di layar komputer adalah sama. Setelah menyelesaikan tugas tanpa multitasking, peserta diminta menyelesaikan tugas yang sama sambil berkomunikasi dengan seseorang bernama Jennifer dalam waktu 6 menit.

Secara umum, kegiatan multitasking mengurangi kemampuan dalam melakukan 2 tugas yang berbeda. Namun tingkat penurunan kemampuan yang diamati pada peserta bervariasi secara luas sesuai dengan tugas yang diberikan.

Penelitian yang dimuat jurnal Computers in Human Behavior ini menggunakan teknologi pelacak tatapan mata untuk memantau pandangan mata subjek.

Para peneliti menemukan bahwa orang yang melakukan 2 tugas visual menghabiskan waktu lebih lama dan matanya lebih banyak bergerak dibandingkan dengan yang melakukan tugas visual dan audio.

Multitasking akanmengganggu semua jenis aktifitas. Para peserta yang berkomunikasi dengan Jennifer melalui audio mengalami penurunan kemampuan sebanyak 30 persen.Tapi peserta yang berkomunikasi lewat Google chat mengalami penurunan kemampuan lebih banyak, yaitu sebesar 50 persen. Selain itu, peserta yang berkomunikasi lewat audio lebih berhasil dalam menyelesaikan tugasnya.

Anehnya, peserta yang melakukan 2 tugas visual merasa hasil tugas yang dilakukannya lebih baik dibandingkan peserta yang mengerjakan tugas lewat visual dan audio.(detikinet)

Suatu kali seorang stakeholder pernah membuat kesal. Ia mencoret-coret hasil karya tulis saya dengan anggunnya. Dilingkari dengan pena beberapa paragraf pada setiap halaman.

“Banyak tulisan yang dempet-dempet. Setelah ‘titik’, tidak ada spasi sama sekali,“ kata sang stakeholder itu dengan dingin.

Saya meyakinkannya bahwa tulisan dilayar monitor saya sudah sangat rapi dengan spasi. Ternyata versi cetaknya sangat jauh berbeda. Ternyata ada kesalahan kecil yang diingat, yakni tidak mengubah format dokumen ke PDF. Memori memutar keras apa yang terjadi hingga bisa begitu lengah? Jawabnya ketika itu menulis sambil mengamati lini masa dan menyelesaikan tulisan untuk media lain karena sudah dikejar deadline. Multitaskingnya kumat.

Kerumitan dan Kesederhanaan

Kompleksitas itu kadangkala terjadi karena terlalu bersemangatnya mengerjakan suatu pekerjaan. Ataujustru karena kurang pengetahuan? Kerap kali ketika presentasi atau bertemu klien, kita menyuguhkan analisis yang rumit dan bertele-tele sehingga membuat si lawan bicara menjadi sangat jengah. Padahal, perlu dicatat, tiap manusia menyukai kesederhanaan. Simplicity is a must.

Para pimpinan besar di kantor pada umumnya berupaya menyederhanakan berbagai permasalahan yang rumit. Indra Supriadi, CEO Bank Sahabat Sampoerna, mengutarakan bahwa dirinya sangat menekankan kesederhanaan dalam berpikir untuk menghasilkan solusi. Solusi baginya adalah yang bisa dijelaskan dengan mudah kepada orang awam. Bahkan, jika perlu, kepada anak SD atau orangtua di rumah! (The Coconut Principles, Gede Manggala)

Jadi, jika bisa disederhanakan, kenapa harus dirumitkan? Cara terbaik adalah menghindari seminimal mungkin multitasking. Jika sudah habit, bisa terbawa pula ketika ibadah. Misal ketika sedang wirid/dzikir. Bibir mengucap kalamullah, tangan asik mencet-mencet ponsel. Salah-salah jika ada pesan masuk berupa pemberitahuan seorang menteri meledakkkan kapal (atau perahu?), Anda menjawab “Allahu Akbar!” lagi.

 

Salam.

(rr)