www.sangpencerah.com

MUNAS Partai Golkar (PG) kubu Ical kabarnya Januari 2015 akan digelar di Bali, sementara kubu Agung Laksono cs akan diadakan di Jakarta. Abu Rizal Bakrie (Ical) yang ingin maju lagi dalam bursa pemilihan ketua umum partai berlambang pohon beringin itu terganjal dua hal. Ganjalan pertama, masalah penyelesaian semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo Jawa Timur yang tak kunjung memihak korban. Ganjalan kedua, Ical gagal memenangkan pemilu legislatif 2014 lalu. Dua hal yang mengganjal Ical membuat kubu pesaing optimis bahwa Ical bakal terjungkal.

Sudah menjadi rahasia umum, dua hal yang mengganjal Ical merupakan pukulan telak bagi pencalonannya kembali di munas yang akan datang. Ical hingga kini terus berkelit bahwa luapan dan semburan lumpur Lapindo tidak semata-mata kesalahan perusahaannya. Publik bahkan digiring untuk percaya luapan lumpur Lapindo berlangsung karena faktor bencana alam. Hal ini dikuatkan dengan sidang paripurna DPR atas rekomendasi Komisi VII yang membidangi energi dan sumber daya mineral. Masalah lapindo ini menjadi sindiran hingga sekarang. Salah satunya berbunyi: Klaim Bencana Lapindo, Negara Takluk, APBN Dikeruk.

Lapindo terus menuai badai bagi kedudukan Ical di partai. Akan tetapi sebagai politisi tampaknya Ical masih ingin menjadi ketua umum. Meski pun mengutip indoPetroNews.com - Mahkamah Konstitusi (MK), Rabu (26/3), telah mengabulkan gugatan uji materi terhadap Pasal 9 ayat 1 huruf a Undang-Undang (UU) No. 15/2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2014 yang diajukan perwakilan warga.Terkait ganti rugi daerah di luar areal terdampak dalam kasus semburan lumpur Lapindo. Konsekuensi dari keputusan ini, negara harus menanggung pemberian ganti rugi semua korban semburan lumpur dari sumur PT Lapindo Brantas, baik yang berada di dalam Peta Areal Terdampak (PAT) maupun di luar peta  areal. Wah runyam jadinya apabila kerugian perusahaan swasta menjadi beban APBN.

Ironinya luapan lumpur Lapindo yang terjadi pada tahun 2002, ketika Partai Golkar (PG) dikemudikan oleh Akbar Tanjung tidak segera mengusut tuntas kasus itu. Juga ketika PG di tangan Jusuf Kalla. Bahkan tahun 2009 Ical sukses menjadi ketua umum. Tidak ada lawan politik Ical yang mempersoalkan semburan lumpur Lapindo. Sangat mungkin kolega Ical di PG menjadi perpanjangan tangan guna membenarkan bahwa Lapindo merupakan bencana alam, sehingga PT Minarak Lapindo tidak mesti bertanggung jawab 100% atas bencana yang ditimbulkannya.

Menyangkut kegagalan Ical memenangkan PG pada pemilu legislatif 2014, sejak 1999 tidak ada ketua umum PG yang berhasil memenangkan pemilu legislatif. 1999 pemenangnya PDIP, 2004 dan 2009 Partai Demokrat, dan 2014 PDIP. Hal ini menjelaskan bahwa kegagalan PG pada pemilu bukan sekonyong-konyong kesalahan Ical. Masyarakat lah yang menentukan kalah menangnya partai politik tersebut. Saya kira menjadi runner up saja sudah lebih dari cukup.

Dengan kata lain jikalau alasan pengganjalan Ical pada munas yang akan datang berangkat dari kegagalan memenangkan pemilu legislatif adalah tidak tepat. Dan begitu pula bila upaya ganjal Ical bermula dari masalah luapan Lumpur Lapindo, sebagaimana disampaikan para rival Ical untuk munas mendatang, tentu saja belum tepat sasaran.

Ical diganjal dua hal, namun pria pengusaha dan penguasa itu sepertinya yakin bakal memenangkan jabatan ketua umum PG lagi. Ia telah memasang orang-orangnya sebagai tim pemenangan munas. Dan Ical berhasil mendudukkan eksistensi PG pada pilpres 2014 yang heboh itu. Suara PG pada pilpres kemarin cukup signifikan bagi KMP.

Rival Ical

Selain Priyo Budi Santoso dan Aburizal, kandidat lain yang siap maju sebagai calon ketua umum adalah Hajriyanto Y Thohari, Agung Laksono, MS Hidayat, Agus Gumiwang Kartasasmita, Airlangga Hartarto, dan Agun Gunanjar. Akan tetapu tersiar kabar kuat jikalau para pesaing Ical tidak bersatu maka akan sulit mengalahkan raksasa bernama ARB alias Ical. Artinya 7 (tujuh) rival Ical pada pencalonan ketum PG di munas Januari 2015 itu belum merupakan lawan berat Ical. Sekelas mantan menteri dan Ketua DPR pun masih belum sebanding. Ikrar Nusa Bakti pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berpendapat, “Mereka (tujuh rival Ical) ini harus melawan raksasa, yang boleh dikatakan pemimpin Golkar saat ini, yaitu Aburizal Bakrie yang masih memiliki kekuatan politik yang cukup besar. Kalau calon-calon itu bertarung secara bebas melawan Aburizal, saya kira akan sulit."

Source: www.sisidunia.com

Kendati demikian sulit bukan berarti tidak bisa. Sulit hanya merupakan fase menuju harapan dan impian. Jikalau seseorang berhasil mengatasi kesulitan maka kelak kemudahan akan terbentang di depan. Upaya menuju kursi PG 1 harus dilakukan nominator, tanpa henti, sebelum munas digelar. Dua hal yang mengganjal Ical (Lapindo dan kegagalan pemilu legislatif) boleh saja digulirkan. Akan tetapi dua hal itu dapat menjadi bumerang sehingga mempersulit langkah ke kursi PG 1.

Sebaiknyalah dicari format lain untuk mengganjal Ical. Misalnya menyedikitkan calon ketua umum. Ketujuh rival bersatu lantas memutuskan seorang yang maju sebagai pesaing utama Ical. Agaknya ini menjadi momentum hebat persaingan pada munas PG tahun depan. Secara politis bisa saja rival yang (misalnya) telah disepakati satu orang itu mencari-cari pelanggaran Ical secara organisasi. Bukan melebar pada soal Lapindo serta kegagalan pemilu legislatif. Pelanggaran Ical secara organisasi internal, saya yakin diketahui oleh lawan politik Ical dari kedalaman partainya sendiri. Jadikan ia sebagai alat pemukul yang dapat menjungkalkan Ical.

Namun di lain pihak, Ical dan timnya pun pasti telah mempersiapkan segala sesuatu yang relevan bagi keinginan Januari 2015 itu. Sejatinya rival Ical mesti mampu membaca segala sepak terjang Ical, terutama yang berupa pelanggaran kepartaian sejak Ical memimpin PG pada tahun 2009 lalu. Bila langkah Ical terbaca, jalan menuju kursi PG 1 terbuka bagi rival yang telah ternominasi maju dalam bursa calon ketua umum.

Sebagian masyarakat Indonesia mungkin saja tidak peduli siapa pun yang bakal jadi ketua umum PG. Mereka  kadung memberi stempel pada semua parpol sebagai jalan pintas menuju kekuasaan. Alih-alih berkuasa untuk berbuat adil, di dalam parpol tersimpan bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Betapa pun demikian, selamat bermunas bagi PG dan selamat menjungkalkan Ical.***

(rr)