www.beningpost.com

PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) menerima pengakuan dari Rekor Bisnis (ReBi) sebagai Pelopor Pembiayaan Berbasis Komunitas untuk UMKM dengan Skema Rantai Pasok.

Direktur BII Thila Nadason menerima penghargaan tersebut di Jakarta, Kamis (20/11).

Pembiayaan Rantai Pasok (Financial Supply Chain) merupakan salah satu model kerjasama pembiayaan UMKM.

Melalui layanan ini, BII menyediakan solusi keuangan end-to-end yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan bisnis nasabah yang terus berkembang, baik melalui skema pembiayaan kepada distributor, supplier, maupun franchisee. BII merintis pembiayaan rantai pasok sejak 2004.

Selanjutnya, BII mengembangkan simple payment solution berbasis web untuk mendukung kemudahan transaksi antara penjual dan pembeli pada 2008. Solusi ini kemudian dikembangkan dengan didukung platform Corporate On Line Payment (CoOLPAY) BII Sinergi dan saluran Mobile Access.

Sejak 2014, melalui sinergi dengan pemegang saham pengendali, Maybank, BII meningkatkan layanan ke skala regional melalui pengembangan sistem pembiayaan Rantai pasok skala Regional.

“Pengembangan pembiayaan rantai pasok selaras dengan visi perusahaan, Humanizing Financial Services, khususnya untuk mendukung perkembangan bisnis UMKM, sebagai salah satu segmen bisnis yang memiliki ketahanan dan daya saing di Indonesia,” kata Thila.

Thila menjelaskan, pengembangan direalisasikan dengan menciptakan suatu ekosistem bisnis yang terintegrasi mulai dari arus supply hingga arus distribusi barang.

Ditambahkannya, pengembangan pembiayaan rantai pasok merupakan perwujudan menjadi bagian dan tumbuh bersama-sama dengan komunitas, untuk mendukung serangkaian proses bisnis dari hulu hingga hilir sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional,

Pembiayaan rantai pasok untuk komunitas menjadi bagian dari pengembangan bisnis UMKM dan telah menjadi salah satu kekuatan Bank dalam menjaring kebutuhan end-to-end dari ekosistem bisnis.

Bank mencatat pertumbuhan yang positif di segmen Perbankan Bisnis, yang membukukan kenaikan 21% menjadi Rp38,9 triliun pada September 2014 dari Rp32,0 triliun pada September 2013.

(rr/Syam)