www.beningpost.com

Rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap betapa pentingnya menggunakan sanitasi, sehingga bak sebagai suatu budaya yang sulit dihindari bagi masyarakat dalam hal perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

Padahal dampak yang ditimbulkan dari BABS sangatlah besar, diantaranya adalah sebagai faktor yang memberi kontribusi terbesar terhadap angka kematian anak di Indonesia.

Berdasarkan hasil survey Levels & Trends in Child Mortality tahun 2014, lebih 370 anak berusia balita meninggal di Indonesia setiap harinya.

Dan juga sebagian besar disebabkan oleh diare dan pneumea, sebagai akibat dari perilaku BABS, sanitasi dan kebersihan yang buruk.

Berdasarkan riset yang gabungan yang dilakukan antara UNICEF dan WHO, 55 juta orang di Indonesia melakukan BABS, membuat Indonesia menempati posisi kedua tertinggi di dunia dalam hal BABS. Sementara tertinggi pertama ditempati India.

“BABS isu yang sangat serius dan ini mempengaruhi bukan saja mereka yang tidak memiliki toilet, namun juga mereka yang mempunyainya. Orang-orang bisa terjangkit penyakit dari kotoran yang terekspos udara,” kata Dr. Aidan Cronin, Ketua Program Water, Sanitationand Hygiene (WASH), UNICEF Indonesia pada acara peluncuran Kampanye Tinju Tinja yang bertepatan dengan hari Toilet Sedunia, Rabu (19/11) di Jakarta.

Dr. Aidan Cronin menuturkan, perilaku BABS seperti di lahan terbuka, pantai, di bantaran sungai dan area lainnya membuat kotoran terekspos dan dapat mencemari air, lalat, bahkan membahayakan manusia secara langsung.

Data WHO mengungkapkan sebanyak 88% angka kematian anak akibat diare disebabkan oleh kesulitan mengakses air bersih dan keterbatasan sistem sanitasi.

Tidak hanya itu, sanitasi yang buruk dan BABS memperbesar resiko terganggunya pertumbuhan fisik anak sehingga tidak optimal pada usianya. Masalah kekerdilan pada anak mempunyai efek jangka panjang yang mempengaruhi mereka, baik secara fisik maupun ekonomi dan sosial.

Kampanye ini didukung oleh Melanie Subono sebagai Duta Kampanye Tinju Tinja. Menurut Melanie, untuk apat memerangi isu ini diperlukan kerjasama semua pihak dari berbagai kalangan, termasuk keterlibatan dan komitmen aktif kaum muda perkotaan dalam mengampanyekan Tinju Tinja ini.

Melanie berharap melalui kampanye Tinju Tinja ini agar kaum muda perkotaan yang telah teredukasi dalam menggunakan toilet bersih turut mengedukasi orang-orang di sekitarnya akan bahayanya pola hidup BABS.

“Diharapkan mereka mampu mempengaruhi lingkungan dan komitmennya dan menjadi bagian dari agen perubahan sosial,” paparnya.

(rr/Syam)