harnas.co

Pengamat Politik dari Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara, mempertanyakan sikap dari PPP yang ingin masuk kedalam pemerintahan Presiden RI ketujuh, Joko Widodo (Jokowi), namun mengaku tak mengharapkan kursi menteri. 

Menurut Igor, sikap yang dinyatakan oleh Ketua Umum DPP PPP yang baru terpilih dalam Muktamar VIII PPP di Surabaya pada 15-18 Oktober 2014 lalu, M. Romahurmuziy (Romi) itu tidak jelas arahnya, hendak mendukung atau menjadi oposisi. 

"Kubu Romi masuk KIH (Koalisi Indonesia Hebat) karena memang 'ngarep' dapat jatah menteri. Tapi mereka juga sadar bahwa 'politik dagang sapi' itu justru bisa jadi bumerang," kata Igor saat dihubungi wartawan dari Jakarta, Selasa (21/10).

Bumerang tersebut, jelas Igor, bisa mengarah ke PPP kubu Romi sendiri ataupun untuk Jokowi-JK nantinya yang mengutamakan 'zaken cabinet' dalam visi-misinya dulu saat Pilpres 2014. Padahal, masuknya PPP dinilai tidak signifikan peran suaranya di KIH nantinya.

"PPP kan hanya 24 kursi. Mayoritas politisi di DPR masih dipegang KMP (Koalisi Merah Putih). Apalagi kubu Suryadharma Ali masih mantap setia di KMP. Ini PPP namanya ya cari untung, atau main di dua kaki, nggak jelas," katanya.

Lebih lanjut Igor mengatakan, bahwa patut dikhawatirkan PPP nantinya akan berbalik arah 'menyerang' kubu KIH, apabila mereka ternyata gagal menempatkan kadernya dalam jajaran kabinet pemerintahan Jokowi-JK lima tahun yang akan datang.

Dia pun menilai, bahwa sikap PPP yang diprediksinya tersebut jika benar-benar terjadi, maka itu sangat tidak bagus diterapkan dalam sistem demokrasi di Indonesia ini. Igor justru menilai sikap KMP yang masih konsisten hingga saat inilah yang baik.

"Ya itu bisa terjadi (PPP berbalik arah). Yang namanya oportunis itu ya nggak sehat, walau itu lumrah dalam politik. Justru apa keinginan KMP menjadi 'penyeimbang aktif' atau oposisi yang solid di parlemen itulah yang sehat," kata dia menegaskan.

 

(rr/Skln)