www.act.or.id

Bukan hanya warga Gaza saja yang menderita akibat serangan Isrel. Tak terbayangkan rasa khawatir Rina, Warga Negara Indonesia yang tinggal di Gaza saat harus melahirkan anak keduanya, Yasin Ahmad Yahya Skaik. Saat itu rudal-rudal dan roket-roket Zionis Israel terus dijatuhkan dari pesawat tempur Israel ke Gaza, Palestina.

“Yang membuat saya sedih, tak ada yang membantu persalinan, kecuali suami saya sendiri (Yahya Ibrahim Skaik), suasana memang sangat kacau sekali saat itu,” tutur pemilik nama lengkap Rinawati binti Ruhendi Mukman (35), seperti diceritakan kepada Tim SOS Palestine ACT, di Gedung KBRI di Kairo, Mesir, Kamis (28/8).

Rina beserta suami (pria asal Gaza) beserta kedua anaknya, saat ini sedang diupayakan TIM SOS Palestine ACT langsung bertolak ke Indonesia, usai beristirahat di Gedung KBRI Mesir.

Rina mengaku belum punya rencana yang pasti jika nanti tinggal permanen di Indonesia. “Saya dan suami belum tahu mau kerja apa di Indonesia, karena soal ekonomi, kami pasti akan kembali dari nol lagi,” ujar Rina yang asal Desa Cugenang, Cianjur, Jawa Barat ini.

Sementara itu di Rumah Sakit Al-Hilal Ramsees, Kairo, Mesir, kondisi seorang pasien warga Gaza, Palestina sangat memprihatinkan. Bukan saja ia telah menjadi seorang manusia dengan kondisi invalid seumur hidup, namun juga kini ia sebatang kara. Dua puluh anggota keluarganya habis dihantam kejamnya perang tanpa indahkan aturan di wilayah Gaza, sepanjang bulan Ramadhan yang baru lalu.

Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT), Yusnirsyah Sirin dan Sudayat Kosasih, menemani sang pasien, menjalani tugas kemanusiaan amanat dari bangsa Indonesia. “Yang mengagumkan, dia menyambut kami dengan senyum mengembang,” ungkap Yusnirsyah Sirin, kepada ACTNews, Kamis (28/8).

Kondisi tubuhnya, nampak tinggal separuh bagian atas, sedangkan tubuh bagian bawah sudah diamputasi sampai kedua pahanya. Menurut Sudayat, membesuk pasien korban serangan Zionis Israel di rumah sakit di Kairo gampang-gampang susah. “ Mesti hati-hati. Salah sedikit, bisa diteriaki “mamnuut tadkhil” (dilarang masuk) alias ditolak dan disuruh pergi,” tambah Sudayat.

Beruntung, rasa lelah harus berhadapan dengan arogansi petugas terbayar dengan lolosnya Tim ACT menemui satu persatu para pasien warga Gaza, dari rumah sakit ke rumah sakit lainnya di Kairo, sembari menyerahkan bantuan kemanusiaan dari bangsa Indonesia untuk mereka.

“Tolong, sering-seringlah kunjungi kami,” pinta sang pasien sebatang kara tadi, sambil memegang erat lengan Tim ACT.

 

Foto: Yusnirsyah Sirin dan Sudayat Kosasih bersama pasien warga Gaza yang kehilangan 20 anggota keluarganya (dok ACT)

(rr/ACT)