luxurylaunches.com

Warren Buffet. Nama ini sangat mengesankan. Bila di jaman Rasulullah ada Abu Bakar dan Utsman bin Affan, dua sahabat yang sangat dermawan dan mengorbankan hartanya untuk perjuangan Rasul, dunia modern mengenal nama trilyuner asal Amerika Serikat ini. Bayangkan, melalui  Bill Gates & Melinda Foundation, ia menyumbangkan dana sebesar 300 trilyun untuk membantu masyarakat Afrika. Dana yang 2 kali lipat APBN Indonesia ini diperuntukkan untuk memperbaiki kondisi kesehatan, pendidikan dan pertanian masyarakat di negeri yang acapkali menderita musibah kekeringan dan kelaparan itu.Mulia sekali.

Warren Buffet mengalahkan Bill Gates sebagai orang terkaya sedunia. Sukses secara materi sudah pasti. Tetapi, ia juga sukses dan hebat secara mental. Suatu waktu, ia diundang sebagai guest lecture di Oxford Business School. Dalam sesi tanya jawab, seorang mahasiswa maju dan bertanya: “Tuan Warren, bagaimana anda melakukan rekruitmen personil CEO, manajemen dan karyawan di perusahaan?”. “Ada 3 hal yang saya perhatikan: 1. Integritasnya, 2. Kecerdasannya, dan 3. Etos kerjanya”, jawabnya. “Bagaimana bila nomer pertama tidak dimilikinya?” lanjut mahasiswa.“Maka, nomer 2 dan 3 tidak ada artinya”, jawabnya mantap.

Mengingat Warren Buffet tokoh sukses, kaya, memiliki etos dan kiat-kiat bisnis yang hebat, saya menulisnya dalam Perennialisme Bisnis, buku referensi bagi mahasiswa di Prasetiya Mulya Business School. Mengapa begitu menarik tokoh ini bagi dunia bisnis dan harapan pebisnis yang saya impikan dari mahasiswa-mahasiswa saya? Warren bagi saya tidak hanya sekadar kaya. Ia memiliki gagasan yang unik, sikap orang kaya yang bersahaja, revolusioner dalam mental, tidak silau dan terbuai saat menggenggam harta, dan tentu yang paling penting adalah mau berbagi ilmu dan harta bagi sesama. Dermawan, tak tahan melihat kepapaan, kemiskinan dan ketertindasan ekonomi. Siapapun dan apapun latar belakang ideologi dan agamanya.

Karena agama di Barat hal yang privat, personal dan pengamalan pribadi, saya juga tidak tertarik untuk tahu agama Warren Buffet. Biarlah itu bagian rahasia antara dia dan Tuhan. Sebagaimana Gus Dur ungkapkan, bila kita berbuat baik dan maslahat bagi manusia, kita tidak penting untuk bertanya agama dia. Rasanya penting kita merevolusi cara pandang kita dalam hal keagamaan. Tidak penting kita ribet dan ribut karena identitas teologi seseorang. Jangan nilai seseorang dari agama yang dipeluknya. Tetapi, nilailah apa buah teologi dan kualitas imannya. Betapa dalam kehidupan kita sekarang, seorang beragama acapkali jauh dari seruan dan ajaran agama yang dibanggakannya. Banyak pemeluk agama yang tidak menjadi cermin dan model dari klaim-klaim kebenaran agama yang diteriakkannya. Banyak tokoh, ormas dan rohaniawan yang justru terlihat sangar, biadab, kejam dan menebar angkara murka saat membela dan merasa sedang berjuang untuk kehormatan agamanya. Miskin toleransi dan penghargaan kepada martabat manusia hanya karena berbeda bungkus teologi .Agama, malah jadi serum kejahatan dan kebiadaban.

Butir-Butir Nasehat Warren Buffet

Mari kita nikmati hasil wawancara yang dilakukan jurnalis CNBC dengan Warren Buffet. Butir-butir mutiara jiwanya melimpah dan sangat penting kita pahami dan lakoni dalam hidup. Mutiara ini merupakan jejak dan pengalaman personalnya sejak ia masih muda sampai menjadi manusia kaya. Trilyuner.

Warren Buffet membeli saham pertamanya pada usia 11 tahun. Itulah awal pengalaman yang ditanamkan keluarganya. Saat ia sukses, ia menyesali mengapa ia tidak memulainya saat usianya lebih muda. “Anjurkan anak anda untuk berinvestasi!”, nasehatnya. Penting kita memahami dan mengajari anak-anak kita melakukan nasehat itu.

Di Prasetiya Mulya, sebagian mahasiswa yang saya bimbing adalah keturunan Tionghoa. Etnis yang paling sukses dalam mengelola bisnis. Mereka punya tradisi menanamkan spirit bisnis sedini mungkin. Itulah salah satu rahasia sukses mereka. Maka benar bila Warren memberikan kita nasehat: “Dorong anak Anda untuk mulai belajar berbisnis”. Warren sendiri  membeli sebuah kebun yang kecil pada umur 14 tahun dengan uang tabungan yang didapatinya dari hasil mengirimkan tulisan-tulisan ke surat kabar.

Sekalipun sudah trilyuner, Warren hidup sederhana dan bersahaja. Ia tidak membangun rumah megah ala Baverly Hill atau Pondok Indah. Sampai saat ini ia masih menempati rumah 3 kamar berukuran sederhana di pusat kota Ohama. Rumah itu dibeli saat ia menikah 50 tahun silam.

Warren Buffet juga sangat bersahaja. Bayangkan, dengan harta melimpah ruah, ia bisa membeli apapun. Andai bisa, bulan dan matahari pun bisa dibelinya. Tetapi, ia tidak memanjakan selera dan hasrat materinya. Pun Warren bukan seorang yang hedonis dan penikmat materi. Ia sederhana dan menganjurkan hidup bersahaja. Ia tidak juga suka pamer kekayaan dan berlomba menumpuk barang mewah di rumahnya. Salah satu nasehatnya adalah: “Jangan membeli apa yang tidak dibutuhkan, dan dorong anak Anda untuk berbuat yang sama”. Itulah bedanya dengan kita. Yang menakjubkan, ia tidak juga memagar rumah dengan asesoris kemewahan. Bayangkan, rumah sang trilyuner ini tidak memiliki pagar.

Warren Buffet benar-benar pribadi yang sederhana dan bersahaja. Jauh dari tokoh dan kaum kaya lain dan umumnya. Ia tidak kemudian menjadi arogan dan jumawa karena harta yang melimpah. Ia tetap sebagai awal berbisnis. Watak, pribadi dan tampilannya tetap sederhana.“Jadilah apa adanya”, nasehatnya. Diinformasikan, sekalipun sudah pasti mampu bayar gaji supir, ia tetap tidak punya supir pribadi. Juga tidak memiliki pasukan pengawal pribadi.Pribadi yang pasrah dan tawakkal. Nikmati nasehat menarik berikut:“Jangan pamer, Jadilah diri sendiri & nikmati apa yang kamu lakukan” 

Yang menarik, dalam kondisi harta melimpah, Warren tetap pribadi yang hemat, bukan pemboros dan penghambur harta dan kekayaan. Sungguh aneh tapi nyata. Bagaimana ia bisa mengendalikan diri sehebat itu? Ia menasehati kita untuk menjadi pribadi yang hemat. “Berhematlah!”, serunya. Untuk diketahui, Warren jarang bepergian kemana-mana. Jarang keliling dunia. Juga tidak berheboh-heboh travelling dengan pesawat pribadi. Punya pesawat pribadi? Sudah pasti. Sekalipun demikian, ia jarang bepergian dengan pesawat jet pribadi. Padahal ia memiliki perusahaan pembuat pesawat jet terbesar di dunia. Berkshire Hathaway. Ia memiliki 63 anak perusahaan.

Kalau di Indonesia kita mengenal istilah sosialita. Semacam komunitas kaum tertentu. Biasanya kaya dan mewah. Nah, hal itu tidak berlaku kepada Warren Buffet. Ia menghindari diri bergaul sesama kaum kaya, milyarder atau milyuner. Ia sangat selektif untuk tidak terlibat dalam sosialita yang hedonis, penuh pesta dan memboroskan harta. Warren memilih hal yang bermakna dan berguna bagi jiwanya. Bagaimana ia menghabiskan waktu di luar kerja? Warren Buffet nonton berita, ulasan bisnis dan hal-hal yang menyehatkan akal dan jiwanya. Salah satu kenikmatan orang super kaya ini adalah menikmati popcorn sambil nonton tv.

Mari saya kisahkan bagaimana Warren Buffet menjadi sahabat dan donator utama Bill Gates & Melinda Foundation. Dikisahkan bahwa Bill bertemu awal pertama untuk hal yang tidak terlalu penting. Orang kaya sedunia hasil dari Yahoo dan anak perusahaannya ini hanya mengagendakan selama 30 menit. Begitu keduanya ngobrol apa yang terjadi? Bill mengakui bahwa ia harus belajar banyak dari sahabat baru itu. Diselingi makan, diskusi berbagai macam hal, pertemuan itu tanpa terasa berlangsung 10 jam.

Pola Manajemen Warren Buffet

Pola manajemen yang kita miliki biasanya hidup dari rapat ke rapat. Pola ini hampir ada dalam sistem departemen, instansi dan perusahaan di Indonesia. Para CEO, manajer dan pengambil keputusan menggerakkan perusahan dari rapat ke rapat. Rapat di 1 hotel ke hotel lain. Bahkan rapat bisa pindah dari 1 resort ke resort lain. Dana tersedot dan anggaran membengkak. Lantas bagaimana Warren Buffet mengelola perusahaannya?

Warren tidak suka rapat ke rapat. Ia menerapkan pola berbeda. Kita perlu uji ulasan yang ada tentang pola manajemen yang dia miliki. Bayangkan, menurut informasi, Warren hanya menuliskan sepucuk surat dalam setahun ditujukan kepada para CEO perusahaan miliknya. Ada target-target yang mesti dicapai dalam rentang priode kerja itu. Selebihnya, ia membiarkan para CEO yang ia amanati untuk berkreasi dan improvisasi dengan para direktur, manajer dan karyawan perusahaannya. Sudah pasti Warren menempatkan the right person on the right place. “Buat tujuan yang jelas dan yakinkan mereka untuk fokus ke tujuan”, itu salah satu prinsip yang dimiliki.

Mari kita baca “hukum”besi atau aturan yang Warren tanamkan ke dalam benak dan jiwa para CEO dan direktur perusahaannya. Hukum nomer pertama adalah: “Jangan pernah sekalipun menghabiskan uang para pemilik saham”. Hukum nomer dua:“Jangan melupakan peraturan nomor satu”.Unik sekali bukan?!

Banyak mutiara-mutiara hidup yang hadir dari jiwa Warren Buffet. Misalnya, "Jauhkan dirimu dari pinjaman bank, hutang, cicilan atau kartu kredit dan berinvestasilah dengan apa yang kau miliki” ujarnya mantap. Sekalipun lahir dari darah Yahudi, secara sosiologis tumbuh di negara kapitalis yang hedonis, jiwanya tetap bersih. Warren mengatakan:”Jangan melakukan apapun yang dikatakan orang, dengarkan mereka, tapi lakukan apa yang baik saja”, nasehatnya.

Sebagai pengampu materi kuliah etika bisnis, penikmat kajian ajaran titik-temu dan esensi agama-agama, penting bagi saya menutup tulisan ini dengan hal yang saya obsesikan dari mahasiswa saya. Saya berdo’a, supaya Allah menuntun mereka menjadi pebisnis yang perennialis. Pebisnis yang ketika berlaba, sukses, harta melimpah berkenan dan sungguh-sungguh perhatian kepada sesama dan nasib papa manusia. Mereka selalu berkenan mau berbagi dan berbagi.Begini nasehat Warren Buffet bagi para calon pebisnis dan pebisnis umumnya. “Jika itu telah berhasil dalam hidupmu, berbagilah dan ajarkanlah pada orang lain”. Mari kita lakukan nasehat ini!

(rr)