Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk (SCNP), perusahaan manufaktur alat kesehatan dalam negeri, telah mengukuhkan komitmen bersama untuk mengakselerasi kemandirian teknologi kesehatan Indonesia melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU).
Kolaborasi strategis ini difokuskan pada riset, pengembangan dan hilirisasi teknologi Magnetic Resonance Imaging (MRI) nasional, sebuah langkah penting di tengah meningkatnya kebutuhan akan diagnostik canggih dan tantangan dominasi produk impor di pasar alat kesehatan Indonesia.
Acara Penandatanganan MoU berlangsung di Gedung B.J. Habibie, Jakarta, dilakukan oleh Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, Bapak R. Hendrian, dan Direktur Utama SCNP, Bapak Djamarwie.
Teknologi MRI merupakan alat diagnostik medis krusial yang memanfaatkan medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gambaran detail organ tubuh, memainkan peran vital dalam deteksi dini dan akurat berbagai penyakit, termasuk kanker dan kelainan neurologis.
Saat ini, meskipun adopsi teknologi MRI di Indonesia menunjukkan kemajuan seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan fokus pemerintah pada sektor kesehatan, ketersediaannya masih terkonsentrasi di rumah sakit besar, khususnya Tipe A di kota-kota utama. Biaya investasi, perawatan, dan operasional yang tinggi menjadikan MRI sebagai “barang mewah” bagi banyak fasilitas kesehatan, memperlebar kesenjangan aksesibilitas antara daerah maju dan terpencil, serta membatasi utilisasinya dibandingkan negara maju dimana MRI telah menjadi pemeriksaan dasar.
Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, R. Hendrian menegaskan urgensi kolaborasi ini. “Ketergantungan Indonesia pada MRI impor sangat tinggi. Ini bukan hanya soal devisa, tetapi juga tentang kedaulatan teknologi dan aksesibilitas layanan kesehatan berkualitas bagi seluruh rakyat. Kerja sama dengan SCNP ini adalah langkah tegas BRIN untuk menerjemahkan kapasitas riset nasional menjadi solusi konkret. Kami menargetkan pengembangan MRI dalam negeri yang tidak hanya kompetitif dari segi harga dan teknologi, tetapi juga mampu menjawab kebutuhan spesifik sistem layanan kesehatan kita, sekaligus meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) secara signifikan.”
Direktur Utama SCNP, Djamarwie menyambut antusias kerja sama ini. “SCNP, dengan pengalaman kami di bidang manufaktur alat kesehatan, sangat bangga dan antusias dapat bersinergi dengan BRIN. Kami melihat kerja sama riset ini sebagai panggilan untuk berkontribusi lebih besar bagi bangsa. Pasar MRI di Indonesia sangat potensial, didorong oleh populasi besar dan meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Namun, tantangan seperti biaya tinggi, keterbatasan SDM terlatih untuk pengoperasian MRI, dan distribusi yang belum merata harus kita atasi bersama. Melalui kolaborasi riset hingga produksi ini, kami optimis dapat menghasilkan MRI karya anak bangsa yang inovatif, berkualitas, dan lebih terjangkau, sehingga memperluas jangkauan layanan diagnostik canggih ini.”
Meskipun industri alat kesehatan lokal menunjukkan perkembangan positif dengan penyerapan produk dalam negeri mencapai 48% pada tahun 2024, produksi perangkat kompleks seperti MRI masih sangat terbatas. Inovasi lokal di bidang ini pun masih minim, sekalipun pemerintah telah memberikan berbagai dukungan, termasuk percepatan izin usaha dan insentif fiskal untuk kegiatan riset dan pengembangan.
Kerja sama BRIN dan SCNP ini akan mencakup seluruh rantai nilai, mulai dari riset dasar yang melibatkan Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) BRIN yang dipimpin oleh Dr. Eng. Budi Prawara, dan Organisasi Riset Kesehatan (ORKes) yang dikepalai oleh NLP Indi Dharmayanti, hingga pengembangan prototipe, uji klinis melalui skema Pengujian Produk Inovasi Kesehatan (PPIK) BRIN jika diperlukan, dan persiapan produksi massal oleh SCNP.
Implementasi teknis akan didukung oleh Pusat Riset Telekomunikasi, Pusat Riset Elektronika, serta potensi kontribusi dari Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) dan Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM) BRIN.
Diharapkan, kolaborasi ini tidak hanya akan menghasilkan produk MRI substitusi impor yang mampu memenuhi kebutuhan domestik yang terus meningkat seiring tren urbanisasi dan peningkatan penyakit tidak menular, tetapi juga berpotensi menembus pasar ekspor. Lebih jauh, inisiatif ini sejalan dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) hingga 2035, yang menempatkan alat kesehatan sebagai salah satu sektor prioritas, serta mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan pemerataan akses teknologi medis canggih di seluruh Indonesia.
(rr/Syam)
